Arab Saudi Umumkan Larangan Bepergian ke Lebanon

Kedutaan Besar Arab Saudi di Lebanon telah mendesak warganya untuk mengevakuasi wilayah Lebanon ketika ketegangan meningkat di wilayah tersebut. Peningkatan ketegangan tersebut menyusul bentrokan kekerasan di dekat kamp pengungsi Palestina Ein Al Hilweh awal Agustus 2023.

oleh Putu Elmira diperbarui 06 Agu 2023, 14:30 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2023, 14:30 WIB
Ilustrasi bendera Arab Saudi (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Arab Saudi (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Arab Saudi di Lebanon telah mendesak warganya untuk mengevakuasi wilayah Lebanon ketika ketegangan meningkat di wilayah tersebut. Peningkatan ketegangan tersebut menyusul bentrokan kekerasan di dekat kamp pengungsi Palestina Ein Al Hilweh awal Agustus 2023.

Dikutip dari Arabian Business, Minggu (6/8/2023), dalam pernyataan resmi, kedutaan Arab Saudi mendesak warga untuk menghindari daerah konflik. Meskipun pernyataan itu tidak merinci area yang harus dihindari, tersirat bahwa kehati-hatian khusus harus dilakukan di sekitar Lebanon selatan dan sekitar kamp pengungsi Palestina Ein Al Hilweh.

Kedutaan menggarisbawahi perlunya keberangkatan cepat, menekankan bahwa warga Arab Saudi harus segera meninggalkan Lebanon. Pernyataan itu juga menegaskan kembali larangan bepergian ke Lebanon untuk warga Saudi.

Pada awal Agustus 2023, negara ini memperbarui peringatan perjalanannya ke Lebanon. Pihaknya dengan tegas melarang semua perjalanan yang tidak penting, terutama ke wilayah yang disebutkan di Lebanon selatan.

Konfrontasi kekerasan antara gerakan Fatah dan Islamis radikal di dekat kamp Ein Al Hilweh telah mengakibatkan 13 kematian yang dikonfirmasi, dengan mayoritas utama di kalangan militan, menurut sumber di dalam kamp. Bentrokan meletus pada 29 Juli 2023, menandakan eskalasi permusuhan yang signifikan.

The United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) telah menyatakan bahwa Ein Al Hilweh adalah yang terbesar dari 12 kamp pengungsi Palestina di Lebanon. Kamp tersebut menyediakan tempat berlindung bagi sekitar 80.000 dari 250.000 pengungsi Palestina yang tersebar di seluruh negeri.

Arab Saudi Terbitkan Visa Elektronik untuk Umrah

Satu Juta Jemaah Dapat Beribadah Haji Tahun Ini
Umat Muslim berdoa selama bulan puasa Ramadhan di sekitar Ka'bah, tempat suci umat Islam, di kompleks Masjidil Haram di kota Saudi Mekah (9/4/2022). Pengumuman tersebut diterbitkan melalui surat Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi. (AFP/Abdel Ghani Bashir)

Sebelumnya, Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi mulai menerbitkan visa elektronik atau e-visa untuk umrah. Hal tersebut memungkinkan umrah dan jemaah mulai tiba di Tanah Suci pada hari pertama Muharram mulai 19 Juli 2023 mendatang.

Dikutip dari Arab News, Kamis, 6 Juli 2023, kementerian tersebut mengungkapkan pengajuan aplikasi untuk penerbitan e-visa akan dilakukan melalui platform Nusuk. Laman tersebut dapat diakses melalui www.nusuk.sa.

Menurut Saudi Press Agency, fitur ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan yang diberikan kepada jemaah dan memfasilitasi akses mereka. Platform Nusuk akan mempersingkat proses penyambutan umat Islam di Makkah dan Madinah. Platform tersebut digunakan kementerian untuk mengajukan aplikasi visa elektronik.

Melalui platform ini, individu di seluruh dunia dapat dengan mudah mengajukan visa elektronik dan mengakses berbagai layanan, termasuk pilihan akomodasi, transportasi, dan tempat tinggal. Selain itu, platform ini menawarkan sumber informasi dan peta interaktif dalam berbagai bahasa, tersedia setiap saat dan disajikan dengan cara yang mudah digunakan.

Pendaftaran Visa

Arab Saudi Akhiri Pembatasan Covid-19
Jemaah Muslim mengelilingi Ka'bah tanpa jarak sosial saat ibadah umrah di kota suci Muslim Mekah, Arab Saudi, Minggu (6/3/2022). Arab Saudi mengambil kebijakan untuk mengakhiri semua pembatasan Covid-19 termasuk kebijakan jaga jarak dan menggunakan masker di luar ruangan. (AP Photo/Amr Nabil)

Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi yang bekerja sama dengan otoritas terkait sebelumnya mengatakan bahwa umat Muslim pemegang visa pariwisata dari Gulf Cooperation Council (GCC), serta mereka yang memiliki visa masuk ke negara-negara Schengen, AS dan Inggris, berkesempatan mereservasi umrah dan mengunjungi Al-Rawdah di Madinah melalui aplikasi Nusuk, sebelum mereka tiba di Arab Saudi.

Dilansir Antara, negara anggota GCC terdiri dari Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UAE). Sementara, visa Schengen dimiliki oleh penduduk negara yang termasuk dalam area Schengen, yakni Austria, Belgia, Republik Ceko, Kroasia, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hongaria, Islandia, Italia, Latvia, Liechtenstein, Lithuania, Luksemburg, Malta, Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, dan Swiss.

Menurut laman pendaftaran visa platform Nusuk, layanan e-visa ini juga telah diperluas ke beberapa negara lain, seperti Amerika Serikat, Australia, China, Jepang, Kanada, Malaysia, Rusia, dan Singapura. 

Perluas Layanan bagi Pemegang Visa

FOTO: Menjajaki Gunung Cahaya yang Menghadap Kota Suci Mekkah
Menara Abraj Al-Bait juga dikenal sebagai Mekah Royal Hotel Clock Tower terlihat dari Jabal al-Noor atau Gunung Cahaya yang menghadap ke Kota Suci Mekkah, Arab Saudi, 5 Juli 2022. Satu juta orang, termasuk 850 ribu dari luar negeri, diizinkan untuk berpartisipasi dalam haji tahun ini setelah dua tahun terakhir jumlahnya dikurangi secara drastis karena pandemi virus corona COVID-19. (Christina ASSI/AFP)

Indonesia belum termasuk salah satu negara yang dapat menikmati layanan ini melalui platform Nusuk. Calon jemaah dari negara yang belum dapat menggunakan layanan e-visa tetap bisa mendapatkan visa umrah melalui kedutaan besar atau konsulat Arab Saudi di negara masing-masing serta penyedia layanan paket umrah yang dapat dipilih melalui Nusuk.

Kementerian juga memperluas layanannya kepada pemegang visa, termasuk yang memiliki visa keluarga dan visa transit, dengan mengizinkan mereka untuk melakukan ritual umrah dan menggunakan aplikasi Nusuk. Visa umrah kini dapat diperoleh dalam waktu 24 jam, dan durasinya diperpanjang dari 30 hari menjadi 90 hari.

Selain itu, tidak ada persyaratan kesehatan untuk mendapatkan visa. Perempuan tidak diharuskan didampingi oleh wali laki-laki. Perubahan ini memungkinkan pengunjung untuk bergerak bebas dan meningkatkan pengalaman religius dan budaya mereka.

Infografis Perempuan Arab Saudi Bebas dari Belenggu
Infografis Perempuan Arab Saudi Bebas dari Belenggu (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya