Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno sempat menyebut bahwa sektor pariwisata adalah industri jasa yang sangat sensitif terhadap isu keselamatan. Menjelang libur akhir tahun, berbagai wilayah memperketat keamanan di tempat wisata.
Pelaksana harian (Plh) Kepala Dinas Pariwisata D.I. Yogyakarta (DIY) Kurniawan menerangkan aspek keamanan wahana wisata perlu dipastikan. Hal tersebut diterapkan guna mencegah kasus kecelakaan di tempat wisata seperti yang terjadi di jembatan kaca di Banyumas, Jawa Tengah pada 25 Oktober 2023.
"Wahana-wahana seperti kaca atau lainnya yang ekstrem itu perlu kami cek lagi, jangan sampai terlena saat kunjungan banyak 'overload' justru terjadi sesuatu," katanya, dilansir Antara, Rabu, 8 November 2023.
Advertisement
Ia juga meminta para pengelola wahana berisiko mengutamakan aspek keselamatan para wisatawan, khususnya menyambut musim libur Natal dan Tahun Baru alias Nataru. "Kami mengimbau pemilik wahana-wahana berisiko agar lebih berhati-hati. Kami tidak ingin seperti kaca pecah di Banyumas terulang," tambahnya.
Berdasarkan hasil pemetaan sementara, ada lebih dari 10 wahana wisata di DIY yang tergolong ekstrem dan berpotensi risiko mulai dari teras kaca di Pantai Nguluran, Gunungkidul; Puncak Segoro, Gunungkidul; Gondola Pantai Timang, Gunungkidul; hingga Kali Biru di Kulon Progo.
Sebaran destinasi dengan wahana ekstrem, dikatakan Kurniawan, paling dominan berlokasi di Gunungkidul dan Kulon Progo. Pengecekan akan dilakukan bersama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi karena akan melibatkan perusahaan jasa keselamatan dan kesehatan kerja (K3).Â
Upaya Pencegahan
Menurut Kurniawan, wahana wisata yang sedang dicek kelayakannya dipastikan tidak beroperasi untuk sementara hingga hasil pengecekan keluar. Pengecekan yang dilakukan mulai dari kelayakan sarana atau alat pendukung wahana, hingga kompetensi operator wahana.
"Masih menunggu hasil identifikasi mana yang aman dan mana yang berisiko, kemudian kami akan sarankan untuk diperiksa uji. Kami urutkan prioritas mulai dari yang paling berisiko," kata dia.
Untuk wahana wisata ekstrem yang berdasar pengecekan dan penilaian telah dipastikan aman, menurut dia, Dispar DIY bakal ikut mempromosikan tempat itu pada wisatawan menjelang libur akhir tahun. "Jadi, biar wisatawan lebih yakin sehingga tidak terulang kasus seperti di (jembatan kaca) Banyumas," tuturnya.
Sebelumnya, insiden pecahnya Jembatan Kaca The Geong Banyumas terjadi pada Rabu, 25 Oktober 2023 sekitar pukul 10.00 WIB. Konstruksi jembatan kaca ini dinilai tidak layak, bahkan menggunakan kaca bekas.
Insiden di destinasi wisata yang berlokasi di Hutan Pinus Limpakuwus, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah ini menyebabkan satu orang meninggal dunia dan tiga orang lain luka-luka. Pengelola Jembatan Kaca The Geong berinisial ES (69) telah ditetapkan sebagai tersangka.
Advertisement
Pakai Kaca Bekas dan Tak Kantongi Izin
"Jadi tersangka sebagai pengelola itu menggunakan tempered glass second yang tidak standar, tidak ada uji kelayakan dan informasi imbauan peringatan keselamatan di sekitar lokasi. Itu tidak ada SOP dan ES sebagai pengelola sudah tersangka," kata Kapolresta Banyumas Kombes Edy Suranta Sitepu, dikutip Merdeka.com, 31 Oktober 2023.
Kombes Edy menjelaskan bahwa penetapan tersangka dilakukan setelah melalui pemeriksaan terhadap 16 saksi. Ia menyebut hasil pemeriksaan Bidlabfor Polda Jateng bahwa penyebab pecahnya kaca pada Jembatan Kaca The Geong dikarenakan pembagian beban pada struktur pilar penyangga tidak berfungsi secara optimal.
"Jadi, saat dilalui menimbulkan lendutan (lekukan ke bawah), keretakan, dan pecahnya kaca disertai suara ledakan," tambahnya.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas Setia Rahendra dalam "The Weekly Brief with Sandi Uno" yang digelar secara hybrid pada Senin, 30 Oktober 2023 menjelaskan kronologi insiden jembatan kaca yang pecah. Setia menyebut awalnya ada sekitar 15 wisatawan yang berkunjung di area The Geong Hutan Pinus Limpakuwus.
Kronologi Insiden
"Empat di antaranya selfie di lokasi jembatan kaca. Ketika sudah berada di tengah-tengah, ternyata jembatan kaca tersebut pecah, terjadilah insiden kecelakaan," katanya.
Dua wisatawan lain tidak jatuh karena berpegangan pada jembatan. "Tapi dua orang lagi jatuh, dan yang satu orang meninggal dunia, satu lagi mengalami luka-luka," ungkap Setia.
Usai insiden jembatan kaca pecah tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyumas dan jajarannya langsung bertindak. Kapolresta Banyumas mengadakan penyidikan bersama Laboratorium Forensik (Labfor) dari Polda Jawa Tengah.
"Ternyata ditemukan bahwa ketebalan kaca tersebut cukup tipis, hanya 1,2 cm, termasuk dari aspek-aspek infrastruktur dan sebagainya itu masih jauh dari standar kelayakan untuk bisa aman," tuturnya.
PJ Bupati Banyumas kemudian mengeluarkan surat arahan yang ditujukan pada pelaku-pelaku usaha wisata agar memenuhi standar kelayakan objek-objek wisata.
"Menghentikan secara serentak semua objek-objek wisata yang berpotensi menimbulkan kecelakaan karena ada (tempat) lain yang menggunakan jembatan kaca seperti di Menara Teratai, Lokawisata Baturraden, (dan ) Taman Botani supaya ditutup sampai ada evaluasi kelayakan tersebut," ungkapnya.
Advertisement