Pangeran Harry Didesak Mundur dari Jabatan Dewan African Parks Setelah Penjaga Hutannya Diduga Menyiksa Masyarakat Adat

Sebelumnya, Pangeran Harry dilaporkan telah menerima pengaduan atas dugaan penyiksaan terhadap masyarakat adat. Walau mengaku prihatin, suami Meghan Markle ini malah bergabung dengan jajaran dewan direksi African Parks.

oleh Asnida Riani diperbarui 04 Feb 2024, 03:44 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2024, 10:00 WIB
Pangeran Harry
Pangeran Harry Inggris saat menghadiri KTT Investasi Afrika Inggris di London, Senin 20 Januari 2020. (Liputan6/AP)

Liputan6.com, Jakarta - Pangeran Harry diminta mundur dari jabatan dewan organisasi non-profit, African Parks, di tengah laporan penjaga hutannya diduga memerkosa, memukuli, dan menyiksa masyarakat adat. Pada Sabtu, 27 Januari 2024, Mail on Sunday menerbitkan penyelidikan yang mengklaim bahwa penjaga hutan yang dipekerjakan African Parks menganiaya masyarakat adat Baka di Republik Kongo, dikutip dari People, Selasa (30/1/2024).

Anggota kelompok adat yang dulu dikenal sebagai orang pigmi yang tinggal di Taman Nasional Odzala-Kokoua mengklaim, para penjaga hutan telah menghentikan mereka memasuki hutan tempat mereka "mencari makan, memancing, berburu, dan menemukan obat-obatan selama ribuan tahun" dengan cara yang kejam, lapor publikasi tersebut.

Menurut Mail on Sunday, aktivis komunitas menduga seorang pria Baka meninggal setelah dipukuli dan dipenjara tanpa perawatan medis, sementara seorang wanita mengaku diperkosa penjaga bersenjata sambil menggendong bayinya yang baru lahir.

Tuduhan lain termasuk seorang remaja laki-laki yang mengaku ia "dipersiapkan untuk prostitusi" oleh penjaga hutan. Lalu, seorang pria mengatakan, ia dicambuk dengan ikat pinggang, sementara kepalanya dimasukkan ke dalam air dan mengklaim bahwa staf medis "diintimidasi untuk menutupi pelecehan."

Namun, The Mail on Sunday tidak mengungkap kapan dugaan kekejaman ini terjadi. Pangeran Harry terlibat dengan African Parks pada 2016 dan jadi presiden kelompok konservasi nirlaba yang mengelola taman nasional di seluruh benua Afrika pada tahun berikutnya.

Pada 2023, setelah enam tahun menjabat sebagai presiden, suami Meghan Markle ini diangkat secara resmi jadi anggota Dewan Direksi, badan pimpinan organisasi African Parks yang saat ini mengelola 22 taman nasional dan kawasan lindung di Angola, Benin, Republik Afrika Tengah, Chad, Republik Demokratik Kongo, Malawi, Mozambik, Republik Kongo, Rwanda, Sudan Selatan, Zambia, dan Zimbabwe, menurut situs webnya.

Harry Terima Pesan Video

Meghan Markle dan Pangeran Harry dalam lawatan ke Afrika  (Courtney Africa / Africa News Agency via AP, Pool)
Meghan Markle dan Pangeran Harry dalam lawatan ke Afrika (Courtney Africa / Africa News Agency via AP, Pool)

Organisasi konservasi ini bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat lokal untuk rehabilitasi dan pengelolaan taman nasional dalam jangka panjang. The Times melaporkan bahwa Survival International, organisasi hak asasi manusia berbasis di London yang berkampanye melindungi dan membela hak-hak masyarakat adat, menulis surat untuk Pangeran Harry pada Mei 2023.

Mereka mengungkap kekhawatiran terhadap kelangsungan hidup masyarakat Baka yang diduga dianiaya penjaga bersenjata yang bekerja untuk African Parks. Outlet tersebut melaporkan bahwa Harry juga dikirimi pesan video dari seorang pria Baka bernama Eyaya.

Ia mengatakan, "Penjaga lingkungan menghentikan kami pergi ke hutan. Saya ingin siapa pun yang mengirim semua orang ini untuk mendengar bagaimana rasanya. Saya ingin orang yang bertanggung jawab atas penjagaan lingkungan dan memberi mereka perintah mendengar hal ini. Sekarang yang ada hanya penyiksaan di hutan."

Menurut The Times, bangsawan berusia 39 tahun itu "menanggapinya dalam waktu dua minggu dengan surat yang awalnya bersimpati, berjanji menyampaikan kekhawatiran tersebut ke jajaran paling senior di organisasi tersebut, termasuk kepala eksekutifnya, Peter Fearnhead."

Desak Pangeran Harry Mundur

Meghan Markle
Meghan Markle dan Pangeran Harry saat tur kerajaan di Afrika Selatan. (Betram MALGAS / POOL / AFP)

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Minggu, 28 Januari 2024, Fiore Longo, direktur kampanye Survival International, mengatakan pada The Times bahwa organisasi tersebut tidak menerima pembaruan lebih lanjut, dan mengatakan bahwa pihaknya kecewa ketika Duke of Sussex bergabung dengan dewan direksi.

"Dia bilang, dia menganggapnya serius, tapi (apa yang dilakukan) tidak mencapai perubahan yang kita harapkan. Kemudian, dengan sangat mengecewakan, kami mengetahui bahwa Harry malah bergabung dengan dewan direksi," kata Longo.

Survival International kini mendesak Harry mundur dari jabatannya. "Kami berharap pengunduran dirinya (Harry) dari dewan direksi akan memberi sinyal yang jelas pada organisasi ini bahwa pelanggaran hak asasi manusia atas nama konservasi tidak lagi ditoleransi," kata direktur kampanye tersebut.

Di tengah kecaman, African Parks merilis pernyataan atas nama CEO dan dewan pada Sabtu, 27 Januari 2024. Pihaknya menekankan kebijakan nol toleransi terhadap pelecehan dan menyebut penyelidikan yang sedang berlangsung terhadap tuduhan yang melibatkan penjaga di Taman Nasional Odzala-Kokoua adalah "prioritas tertinggi" mereka.

Pernyataan Arfican Parks

Meghan Markle dan Pangeran Harry dalam lawatan ke Afrika  (Courtney Africa / Africa News Agency via AP, Pool)
Meghan Markle dan Pangeran Harry dalam lawatan ke Afrika (Courtney Africa / Africa News Agency via AP, Pool)

Pesan yang dibagikan di situs web African Parks berbunyi, "Kami menyadari adanya tuduhan serius mengenai pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan penjaga lingkungan terhadap masyarakat lokal yang tinggal di sekitar Taman Nasional Odzala-Kokoua di Republik Kongo, yang baru-baru ini mendapat perhatian media."

"Kami mengetahui tuduhan ini tahun lalu melalui Anggota Dewan yang menerima surat dari Survival International. Kami segera melakukan penyelidikan melalui firma hukum eksternal berdasarkan informasi yang kami miliki, sekaligus mendesak Survival International membeberkan semua fakta yang mereka miliki."

"Sangat disayangkan mereka memilih tidak bekerja sama, meski sudah berulang kali diminta, dan kami terus meminta bantuan mereka," kata pernyataan itu. "Ini adalah investigasi aktif dan berkelanjutan yang merupakan prioritas utama kami sebagai sebuah organisasi.

"Kami mendorong siapa pun yang mengetahui pelanggaran apapun untuk melaporkannya pada kami atau pada otoritas penegak hukum Kongo yang akan membantu penyelidikan dan memastikan bahwa para pelaku pelanggaran dibawa ke pengadilan," tutupnya.

Di sisi lain, dalam keterangan tertulisnya pada People, Survival International membantah tudingan bahwa mereka tidak memberi informasi yang cukup untuk melanjutkan penyelidikan. "Setiap orang yang tinggal beberapa hari saja di desa Baka akan mendengar cerita demi cerita," tulis mereka.

Infografis Taman Nasional di Indonesia yang Termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO
Infografis Taman Nasional di Indonesia yang Termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya