Liputan6.com, Jakarta - Konser Coldplay di Bangkok, Thailand, yang berlangsung pada 3--4 Februari 2024 ternoda oleh ganja. Sejumlah penonton merasa tak nyaman karena mencium bau ganja yang menyebar di Rajamanggala National Stadium, tempat konser berlangsung yang disaksikan 60 ribu penonton itu.
Mengutip The Thaiger, Selasa (6/2/2024), konser yang merupakan bagian dari Tur Music of the Sphere itu sudah dinanti banyak penggemar dari Thailand dan mancanegara. Bagi sebagian besar penonton, aksi Chris Martin dan kawan-kawan di atas panggung itu memenuhi ekspektasi dengan audiovisual yang memukau dan pertunjukan yang bertenaga, lapor Khaosad.
Namun, tidak semua orang benar-benar menikmatinya. Artis Thailand, Copter Panuwat menjadi salah satu penonton yang menyatakan ketidakpuasannya atas penyelenggaraan konser tersebut. Dia mengaku sudah menantikan konser tersebut tetapi pengalamannya menonton dirusak oleh bau ganja yang menyebar di udara.
Advertisement
Ia pun mengeluarkan unek-uneknya di media sosial. Copter menyesalkan kurangnya perhatian yang ditunjukkan oleh sesama penonton konser yang membakar ganja untuk bersenang-senang di dalam stadion tersebut. Ia pun menyerukan kontrol yang lebih ketat terhadap konsumsi ganja secara bebas di masyarakat.
Kekhawatirannya itu ternyata juga dirasakan oleh banyak orang di media sosial. Sebagian warganet setempat menyuarakan sentimen negatif tentang ganja, yakni meski sebagian orang mengisap ganja sebagai sesuatu yang trendi, faktanya hal itu dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan orang lain.
Desak Pemerintah Thailand Bertindak
Pengamatan Copter memicu perbincangan yang lebih luas mengenai implikasi pendekatan Thailand yang relatif baru dan liberal terhadap ganja. Dia menunjukkan bahwa bahkan di tingkat yang lebih tinggi dari tempat duduk stadion, jauh dari area penerimaan umum, bau ganja tidak bisa dihindari. Hal ini mengurangi pengalaman konsernya yang mendalam, karena ia sesekali menemui gelombang bau sepanjang pertunjukan.
Kekecewaan Copter bukan hanya terhadap orang-orang yang memilih untuk menghisap ganja, namun juga terhadap apa yang ia anggap sebagai perubahan sosial di Thailand. Ia mempertanyakan kurangnya penegakan hukum konsumsi masyarakat dan menyatakan bahwa reputasi negara tersebut bisa terpuruk, karena negara tersebut akan menjadi tujuan bagi mereka yang ingin mengonsumsi ganja secara bebas.
Kritiknya meluas ke pihak berwenang. Ia mendesak Perdana Menteri Srettha Thavisin dan Menteri Kesehatan Masyarakat Cholnan Srikaew untuk memperhatikan masalah ini. Tanggapan media sosial terhadap unggahan Copter sangat signifikan. Banyak warganet yang mendukung opininya.
Advertisement
Respons Pemerintah Thailand
Warganet yang menentang menyatakan tidak nyaman dengan normalisasi ganja di ruang publik. Mereka menyoroti kontradiksi dalam langkah-langkah pengamanan, yakni barang-barang pribadi seperti botol air dibatasi, namun ganja dan rokok elektronik tampaknya lolos dari pemeriksaan tanpa disadari.
Seorang pengguna bahkan berkomentar tentang ironi bagaimana beberapa orang menganggap penggunaan ganja sebagai hal yang keren, meskipun hal itu menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang lain. Sentimen ini digaungkan berkali-kali, dengan banyak orang yang menceritakan pengalaman ketidaknyamanan mereka akibat asap ganja bekas di konser tersebut.
Merespons desakan masyarakat, pemerintah Thailand akan segera memberlakukan larangan ganja untuk kepentingan rekreasi semata. Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan pada Selasa (6/2/2024), dilansir AFP.
Ganja alias mariyuana sebelumnya dikeluarkan dari daftar narkotika pada Juni 2022 oleh pemerintahan sebelumnya, termasuk Partai Bhumjaithai yang pro-legalisasi ganja. Langkah itu memunculkan ratusan apotek ganja di seluruh negeri, khususnya di Bangkok, yang memicu kekhawatiran dari para kritikus yang mendesak perlunya undang-undang yang lebih ketat.
Ganja untuk Senang-Senang Itu Salah
Menteri Kesehatan Thailand Chonlanan Srikaew mengatakan rancangan undang-undang baru – yang melarang penggunaan ganja untuk rekreasi – akan diusulkan pada rapat kabinet minggu depan.
"RUU baru ini akan diubah dari undang-undang yang sudah ada sehingga hanya mengizinkan penggunaan ganja untuk tujuan kesehatan dan pengobatan," kata Chonlanan Srikaew kepada wartawan. "Penggunaannya untuk bersenang-senang dianggap salah."
Perdana Menteri Srettha Thavisin, yang menjabat pada Agustus 2023, telah sering menyuarakan penolakannya terhadap penggunaan narkoba untuk rekreasi dan mengatakan bahwa penggunaan ganja hanya diperbolehkan untuk tujuan pengobatan. Pihaknya sudah pernah mengajukan rancangan undang-undang tentang revisi aturan ganja tetapi gagal mendapatkan persetujuan parlemen pada November 2023.
Kementerian Kesehatan Thailand kemudian merilis draf revisi undang-undang pada Selasa, 9 Januari 2023. Dalam draf yang diperbarui, mereka yang melanggar terancam denda atau pidana penjara hingga satu tahun atau dijerat dengan keduanya. Merokok ganja di depan umum tetap ilegal bahkan di bawah undang-undang yang dilonggarkan, namun undang-undang baru yang diusulkan akan melarang iklan dan kampanye pemasaran untuk tunas dan ekstrak ganja, serta produk ganja lainnya.
Advertisement