Hindari Bentrok TNI-Polri, Eks Wakapolri Sarankan Patroli Bersama

Menurut Komjen Purn Pol Oegroseno, bentrokan antara TNI-Polri juga lantaran kurangnya komunikasi yang terjalin di antara kedua belah pihak.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 22 Nov 2014, 15:43 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2014, 15:43 WIB
Bentrok-TNI-Polri-Batam
(Liputan 6 TV)

Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Pol Sutarman dan KSAD Jenderal TNI Gatot Nurmantyo membentuk tim investigasi menyelidiki bentrokan Polri-TNI, yakni antara anggota Brimob Kepulauan Riau dan prajurit Batalyon Infanteri (Yonif) 134/Tuah Sakti yang menewaskan salah satu prajurit pada Rabu 19 November silam.

Menangggapi insiden tersebut, mantan Wakapolri Komjen Purnawirawan Pol Oegroseno mengatakan, jelas pemimpin harus bertanggung jawab.

Menurut Oeroseno yang juga mantan Kapolda Metro Jaya, pertikaian tersebut juga lantaran kurangnya komunikasi yang terjalin di antara kedua belah pihak. Mulai dari tataran di anggota bawah sampai setingkat jenderal atau pimpinan di wilayah tersebut.

"Pemimpin harus bertanggung-jawab itu. Enak saja nggak tanggung jawab, itu risiko. Kalau ada hukuman pencopotan ya saya dukung. Itu bagian dari risiko tugas. Lebih bagus copot jabatannya daripada dicopot nyawanya," tegas Oegroseno di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (22/11/2014).

Oegroseno menyarankan pemulihan ke depan agar tak terjadi bentrok, duduk bersama antar-kepala institusi sampai ke tingkat bawah itu perlu dilakukan. Dengan kata lain, semua yang menjadi permasalahan harus ada jalan penyelesaian. Dan bila perlu Rapim Polri dan TNI itu seharusnya dibahas.

"Jangan hanya mendengarkan instruksi dari presiden saja. Mungkin perlu dibuat tim, bagaimana caranya menyelesaikan masalah (bentrokan TNI-Polri). Recovery ke depan, kumpulkan mereka, ajak patroli bersama-sama. Dua orang polisi, dua orang militer bersama-sama nggak usah bawa senjata. Sekarang saya rasakan itu tidak ada komunikasi dengan masyarakat," terang Oegro. (Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya