Benarkah Pendidikan di Indonesia Gawat Darurat?

Setidaknya terdapat 9 hal yang menjadi catatan Anies Baswedan, sehingga pendidikan di Indonesia masuk kategori gawat darurat.

oleh Liputan6 diperbarui 05 Des 2014, 21:30 WIB
Diterbitkan 05 Des 2014, 21:30 WIB
Benarkah Pendidikan di Indonesia Gawat Darurat?
Setidaknya terdapat 9 hal yang menjadi catatan Anies Baswedan sehingga pendidikan di Indonesia masuk kategori gawat darurat

Liputan6.com, Jakarta - Pertanyaan ini akan muncul kala melihat materi "Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia"yang dipaparkan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah (Menbud Dikdasmen) Anies Baswedan kepada para kepala dinas pendidikan dan kebudayaan di seluruh Indonesia di Gedung Kemendikbud, Jakarta pada Senin 1 Desember 201.

Anies, menjelaskan bahwa paparan tersebut bertujuan untuk membangun kesadaran bersama dalam birokrasi pendidikan bahwa kondisi pendidikan di Indonesia sudah sangat gawat.

"Harus kita renungkan data dan fakta yang memberatkan dan pahit. Kalau kita tidak buka fakta ini, maka kita akan selalu merasa nyaman dengan situasi yang ada,” ujar Menteri Anies Baswedan.

Menurut Anies, potret buruk pendidikan Indonesia saat ini, apa pun sebabnya adalah menjadi tanggung jawab di birokrasi pendidikan. Lalu, apa saja potret buruk pendidikan dan yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia saat ini? Berikut ini rangkumannya:

1. 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan. Hal tersebut berdasarkan pemetaan oleh Kemdikbud terhadap 40.000 sekolah pada tahun 2012.

2.  Hanya 44,5 nilai rata-rata uji kompetensi guru. Padahal, standar yang diharapkan adalah 70. Hal tersebut terungkap dari Hasil Uji Kompetensi Guru pada tahun 2012 terhadap 460 ribu guru.

3. Posisi Indonesia di urutan 40 dari 40 negara pada pemetaan The Learning Curve-Pearson. Hal ini berdasarkan hasil pemetaan akses dan mutu pendidikan pada tahun 2013 dan 2014.

4. Indonesia termasuk dalam 10 negara berkinerja terendah dan berada pada peringkat 49 dari 50 negara pada pemetaan mutu pendidikan tinggi. Hal itu berdasarkan pemetaan oleh Pearson pada tahun 2012 dan 2013.

5. Indonesia berada pada posisi 40 dari 42 negara untuk bidang literasi sains, berdasarkan pemetaan Trends in International Mathematics and Science Studies tahun 2011. Dan berdasarkan pemetaan TIMSS & PIRLS 2011, kinerja Indonesia pada Mathematics berada di urutan 38 dari 42 negara, Science 40/42 negara, dan Reading 41/45.

6. Indonesia juga ada pada posisi 64 dari 65 negara pada pemetaan PISA pada tahun 2012. Capaian kinerja Indonesia ada pada posisi stagnan sejak PISA tahun 2000, tidak menunjukkan peningkatan/penurunan signifikan. Cenderung stagnan pada nilai kinerja rendah. Pada PISA bidang literasi Matematika: 76 persen Anak Indonesia di PISA yang tidak mencapai level 2 yang merupakan level minimal untuk keluar dari kategori low achievers. Jumlah anak yang mencapai level tertinggi (5 dan 6) hanya 0,3 persen.

Kategori paling darurat...

Minat Baca Orang Indonesia Paling Darurat

Benarkah Pendidikan di Indonesia Gawat Darurat?
Setidaknya terdapat 9 hal yang menjadi catatan Anies Baswedan sehingga pendidikan di Indonesia masuk kategori gawat darurat

7. Minat baca orang Indonesia.
Menurut Anies Baswedan hal tersebut menjadi bagian paling darurat.

“Paling darurat sekali adalah minat baca orang Indonesia masih 0,001 persen berdasarkan kajian UNESCO pada tahun 2012,” ucap Anies Baswedan.

Tidak hanya hasil kajian, beberapa pemberitaan di media nasional Indonesia juga menunjukkan potret buram pendidikan di Indonesia.

8. Pemberitaan di Media Nasional Indonesia.
Pemberitaan tersebut mengenai kekerasan fisik di dalam dan luar lingkungan pendidikan, kekerasan seksual terhadap pelajar yang terjadi di dalam dan luar lingkungan sekolah. Dalam penelusuran sementara, terdapat lebih dari 230 berita kekerasan anak/pelajar di media nasional selama periode bulan Oktober-November 2014.

9. Kinerja buruk Indonesia pada Beberapa Pemetaan Global.

a. Indonesia berada pada posisi 103 dari 142 negara dalam hal suap-menyuap dan pungutan liar, setara dengan: Moldova, lebih buruk dari: Senegal, Mozambik, Ethiopia.
b. Transparansi dalam pemerintahan berada pada posisi 87, setara dengan Tanzania dan Burkina Faso, lebih buruk dari: Benin, Malawi, Sri Lanka.
c. Dalam hal kejahatan terorganisir, Indonesia berada pada posisi 109,  setara dengan: Burundi atau lebih buruk dari: Kamboja, Bangladesh.
d. Dalam hal perilaku etis oleh perusahaan, Indonesia di urutan 107 atau setara dengan Kenya,   ebih buruk dari: Zimbabwe, Burkina Faso.

Berkaca dari gawatnya dunia pendidikan di Indonesia, Menteri Anies Baswedan menegaskan semua pihak harus berubah, dan mengimbau untuk tidak saling menyalahkan, tetapi bersama-sama turun tangan untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan.

“Langkah yang harus kita lakukan adalah mengubah banyak hal, mininal kita menyadari ini masalah yang besar. Jangan diam, tetapi langsung turun tangan,” papar Anies.

Menurut Anies, paparannya tidak berpretensi untuk sekadar memberikan 'perintah' dan target, tapi mengajak semua pihak di dalam birokrasi untuk mencari terobosan kreatif dan mengajak masyarakat untuk membereskan masalah pendidikan.

(Adv/Gil/Ans)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya