Sesepuh Golkar Diminta 'Turun Gunung' Damaikan Ical Vs Agung

Bila kedua kubu tersebut tidak juga bisa dibujuk untuk Islah oleh para sesepuh Golkar, maka sebaiknya dipaksa berdamai.

oleh Andi Muttya Keteng diperbarui 12 Des 2014, 10:50 WIB
Diterbitkan 12 Des 2014, 10:50 WIB
Hajriyanto Y Thohari
Hajriyanto Y Thohari (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Politisi Partai Golkar Hajriyanto Y Thohari yakin, partai berlambang pohon beringin yang saat ini terpecah menjadi kubu Aburizal Bakrie dan kubu Agung Laksono, dapat bersatu kembali. Perdamaian itu bisa terwujud apabila para sesepuh Golkar turun tangan.

"Saya minta sesepuh Partai Golkar yang benar-benar netral mau turun gunung untuk memediasi kedua kubu tersebut," tegas Hajriyanto melalui pesan tertulisnya di Jakarta, Jumat (12/12/2014).

Apabila kedua kubu tersebut tidak juga bisa dibujuk untuk Islah oleh para sesepuh Golkar, maka sebaiknya dipaksa berdamai melalui Munas Rekonsiliasi. Cara itu dinilainya sebagai jalan keluar terakhir, dengan syarat kepanitian Munas Rekonsiliasi harus benar-benar imparsial (tidak memihak) dan terdiri dari tokoh-tokoh yang tak lagi berambisi menjadi pengurus DPP Golkar. Ini untuk menghindari konflik kepentingan.

"Munas Rekonsiliasi hanya bisa digelar dengan dengan 2 prasyarat, yakni sesepuh turun gunung dan ada perasaan legowo dari mereka yang berkonflik itu," kata dia.

Hajriyanto mengatakan, perpecahan antar 2 kubu dalam Partai Golkar yang semula masih sangat elitis, kini mulai mengalami masifikasi atau tak lagi berpikir kritis. Karena mereka masing-masing ingin menunjukkan eksistensinya secara nyata di medan politik.

Salah satu buktinya, konflik tersebut sudah mulai merembet ke Fraksi Partai Golkar di DPR. Jika fraksi yang merupakan perpanjangan tangan partai itu juga terbelah, maka bisa mempengaruhi sikap Fraksi Golkar terhadap wacana penggunaaan hak interpelasi, Perppu Pilkada, dan lainnya. Bahkan bukan tidak mungkin konflik itu merembet ke DPD I dan kemudian DPD II.

Ia menilai, yang terjadi kini adalah kuat-kuatan politik saja. Semakin masif suatu perpecahan semakin kompleks dan rumit untuk direkonsiliasikan.

"Jadi kedua kubu tersebut  (Ical dan Agung)harus mau kompromi dan melakukan rekonsiliasi. Peluang islah atau rekonsiliasi masih mungkin terjadi. Sangat mungkin dan itu satu-satunya penyelesaian perpecahan secara bermartabat," tegas Hajriyanto. (Mvi/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya