Kepemimpinan Muhammadiyah Periode 2015-2020 Minus Perempuan?

"Dalam sejarah Muhammadiyah, perempuan pernah masuk dalam jajaran pimpinan seperti Ibu Siti Baroroh Baried."

oleh Eka Hakim diperbarui 02 Agu 2015, 12:17 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2015, 12:17 WIB
Muktamar Muhammadiyah
Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah Norma Sari‎ dalam Muktamar PP Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Liputan6.com, Makassar - Hasil penghitungan sementara calon formatur Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015-2020, sudah dapat diakses secara online melalui penghitungan elektronik. Nama-nama yang tersaring dari 82 orang menjadi 39 calon pimpinan sudah beredar secara otomatis.

Namun, dari 39 nama calon pemimpin itu, tidak ada satu pun nama perempuan. Padahal, Muhammadiyah memiliki beberapa kader perempuan terbaik. Di antaranya Siti Noordjannah Djohantini, Rahmawati Husein, Isnawati Rais, dan Dyah Siti Nuraini.

Menanggapi hal ini, Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah‎ Norma Sari dalam rilisnya, Minggu (2/8/2015) mengatakan, realitasnya saat ini semua bidang garap dakwah Muhammadiyah masih memerlukan perspektif perempuan dan anak.  Muhammadiyah juga tetap akan lebih ramah terhadap isu perempuan dan anak jika dalam jajaran kepemimpinannya ada unsur perempuan.

"Sejalan dengan tema Muktamar, gerakan pencerahan merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Gerakan ini juga berkomitmen untuk mengembangkan relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan martabat manusia laki-laki dan perempuan," ujar Norma Sari di Makassar, Sulawesi Selatan.

Masih kata Norma, harapan masuknya unsur perempuan dalam kepemimpinan inti di Muhammadiyah sama sekali tidak mengerdilkan arti dari kiprah gerakan sayap perempuan Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah.

"Sejak Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta, salah satu unsur ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah adalah Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah secara ex officio. Hal ini mestinya dilanjutkan dengan tetap adanya unsur perempuan di luar ex officio tersebut," papar Norma.

Dia melanjutkan, "karena dalam sejarah Muhammadiyah perempuan pernah masuk dalam jajaran pimpinan seperti Ibu Siti Baroroh Baried."

Ia berharap, harapan adanya perempuan dalam kepemimpinan Muhammadiyah tidak dinilai berlebihan. Mengingat sejak awal organisasi ini didirikan secara prinsip sangat mendorong kemajuan kaum perempuan. Muhammadiyah selama ini juga mendorong dan mensupport penuh perempuan untuk berkiprah lebih luas mengisi posisi jabatan publik.

"Harapan untuk Muktamar kali ini adalah bagaimana 13 pimpinan yang terpilih nanti tetap mengakomodir beberapa perempuan dalam unsur inti kepemimpinan Muhammadiyah. Sekali lagi bukan memaksakan keberadaan perempuan, tetapi agar Gerakan Berkemajuan semakin dekat dengan cita-cita yang dicapai, salah satunya soal perempuan dan anak," tukas Norma Sari. (Sun/Yus)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya