Jokowi: TPP Tidak Akan Dibahas dalam US-ASEAN Summit

Sebelum mempertimbangkan TPP, Indonesia akan melihat terlebih dahulu Free Trade Agreement (FTA) dengan Uni Eropa.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 16 Feb 2016, 06:30 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2016, 06:30 WIB
Jokowi di AS
Presiden Jokowi di California, Amerika Serikat (foto: biro pers kepresidenan)

Liputan6.com, California - Presiden Jokowi menegaskan, Indonesia baru bermaksud akan bergabung (intend to joint) dalam Trans-Pacific Partnership (TPP). Ia membantah adanya pembahasan mengenai rencana bergabungnya Indonesia dalam TPP. Sebab, pembahasan untuk memutuskan apakah akan bergabung dalam TPP atau tidak membutuhkan waktu yang cukup lama.

"Tapi ini perlu saya sampaikan bawah prosesnya masih panjang, mungkin bisa 2 atau 3 tahun. Ini proses masih panjang perlu waktu," ucap Jokowi ketika bertemu wartawan di Miramonte Resort, Indian Wells, California, Senin 15 Februari 2016 waktu setempat, dalam keterangannya melalui Tim Komunikasi Presiden.

Sebelum mempertimbangkan TPP, Indonesia akan melihat terlebih dahulu Free Trade Agreement (FTA) dengan Uni Eropa. "Itu pun perlu proses yang memerlukan waktu, bukan hanya sebulan, 2 bulan, mungkin sampai 2-3 tahun. Ini perlu proses yang panjang," kata Jokowi.

Menurut Presiden, hal terpenting dalam pengambilan keputusan bergabung dalam suatu perjanjian perdagangan adalah perlunya kehati-hatian dalam mengalkulasi, menghitung untung dan rugi bagi kepentingan nasional.

"Sekali lagi, dikalkulasi dari perspektif kepentingan nasional. Semua dikalkulasi dan ini masih dalam proses. Kita ke sini tidak ada urusannya dengan TPP, kita ke sini untuk US-ASEAN Summit," ucap Jokowi.

Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan, sebelum adanya keputusan resmi, masih harus dilakukan ‎proses yang panjang, yang mencakup proses teknis dan politis untuk menentukan apakah Indonesia akan bergabung dalam TPP atau perjanjian perdagangan lainnya.

"Negara-negara pendiri TPP juga belum ratifikasi, baru kesepakatan tapi mereka harus melewati proses 12 parlemen untuk meratifikasi," kata Lembong.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya