Ketua MPR: Kegaduhan Kurangi Wibawa Menteri

Oleh karena itu, Ketua MPR berharap kegaduhan serupa tidak terulang di kemudian hari.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 05 Mar 2016, 18:22 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2016, 18:22 WIB
20160224-ICW-Ketua-MPR-Zulkifli-Hasan-JT
Ketua MPR Zulkifli Hasan (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah menteri Kabinet Kerja bersitegang. Terakhir, polemik terlihat antara Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Marwan Jafar dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

Salah satu yang turut mengomentarinya adalah Ketua MPR Zulkifli Hasan. Pria yang karib disapa Zulhas itu mengatakan persoalan tersebut sebaiknya diselesaikan di internal saja.

"Kan ada rapat kabinet, pemimpinnya Pak Presiden. Tentu tidak etis kalau sesama kolega saling mengambil manfaat atas kesalahan temannya atau saling mencela satu dengan yang lain di publik, di media tentu tidak etis," ungkap Zulhas usai memberikan kuliah umum di Universitas Islam As-Syafi'iah (UIA) Jatiwaringin, Jakarta, Sabtu (5/3/2016).

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu berharap kegaduhan serupa tidak terulang di kemudian hari. Sebab, hal tersebut dapat mengurangi wibawa menteri.

"Jadi jangan lagi menteri-menteri itu (gaduh), kan punya pemimpin Pak Presiden. Nah, kalau ada perbedaan, selesaikan di internal kabinet jangan di depan publik. Itu tentu tidak etis, tidak elok, dan mengurangi wibawa pemimpinnya yaitu presiden. Mudah-mudahan ini tidak terjadi lagi," tegas dia.

"Yang buat gaduh itu (para menteri) perlu dievaluasi atau tidak, itu haknya presiden," tandas Zulhas.

Sementara itu, dalam kesempatan yang berbeda, Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang menduga kegaduhan para menteri karena mereka belum siap menjadi menteri.

"Menteri yang gaduh biar aja, antukin kepalanya yang gaduh-gaduh itu. Emang dasar, dia belum siap jadi menteri barang kali gaduh-gaduh," gurau pria yang karib disapa Oso itu, saat mensosialisasikan 4 pilar kebangsaan, bersama Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Jakarta, Jumat 4 Maret 2016 kemarin.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya