Liputan6.com, Jakarta - Rumah Tahanan (Rutan) Malabero Bengkulu hangus dilalap si jago merah, Jumat malam 26 Maret lalu. Lima tahanan tewas terpanggang.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal (Komjen) Budi Waseso atau Buwas mengaku insiden tersebut bermula saat petugas BNN Provinsi Bengkulu hendak menggeledah rutan.
"Kejadian kemarin di Bengkulu adalah upaya pengungkapan kita yang melibatkan jaringan-jaringan yang beroperasi di dalam," kata Budi di Kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur, Senin (28/3/2016).
Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri ini menjelaskan latar belakang penggeledahan lapas. Adalah Ferry, tersangka pengedar sabu yang lebih dulu diciduk petugas. Ia mengaku mendapatkan kristal haram dari perempuan bernama Wayan, istri dari seorang narapidana di Rutan Malabero, Bengkulu.
Baca Juga
"Kita berawal dari Ferry, dia mengedarkan sabu di Moko-Moko. Dia mengaku dapat dari Wayan, perempuan dan juga dari suaminya, Aseng di lapas. Jadi suami istri menggerakkan jaringan ini," kata Buwas.
Info penggeledahan ternyata sampai ke kuping para warga binaan. Mereka pun langsung membakar kamar nomor 4 untuk menghilangkan barang bukti narkoba agar hukuman mereka tak semakin berat.
"Karena mereka akan digeledah dan ditangkap, mereka melawan untuk menghilangkan barang bukti, supaya tak terbukti secara utuh. Awalnya mereka akan membakar barang bukti yang ada di kamar 4, karena barangnya di situ," ujar dia.
Advertisement
Buwas menyebut para napi yang sengaja membakar secara tak langsung memberi contoh sindikat narkotika jaringan penjara lainnya untuk melawan aparat.
Ke depan, dia akan membekali petugas yang menggeledah lapas dengan senjata api (senpi) jika diperlukan.