Liputan6.com, Bogor - Bupati Bogor Nurhayanti angkat bicara terkait rencana warga Vila Nusa Indah, Desa Bojong Kulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang ingin bergabung dengan wilayah Bekasi. Nurhayanti menilai, aksi warga tersebut hanya emosi sesaat dan dianggap bukan solusi yang tepat.
"Saya yakin itu karena emosi sesaat warga saja," kata Nurhayanti, Jumat (20/5/2016).
Nurhayanti mengatakan, anggapan warga bahwa Pemkab Bogor lamban menangani banjir di wilayah itu tidak beralasan. Sebab, ia melihat upaya penanggulangan bencana yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor sudah baik.
"Penanganan pascabencana sudah maksimal. Dari awal sampai sekarang, BPBD masih melakukan penyemprotan lumpur," kata dia.
Nurhayanti mengaku tidak bisa memperbaiki tanggul yang jebol pada 21 April 2016, sehingga menyebabkan ribuan rumah terendam banjir, bahkan warga Bekasi pun terkena dampaknya. Ini karena kewenangannya ada di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Baca Juga
"Tapi saya sudah mengajukan perbaikan secara permanen kepada pemerintah pusat dan upaya penanganan pascabencana masih dilakukan. Karenanya saya minta masyarakat bersabar," ujar dia.
Ia menambahkan, rencana warga yang hendak pindah secara administratif dari wilayah Kabupaten Bogor masuk wilayah Kota Bekasi bukan solusi yang tepat. Karena belum tentu setelah bergabung, warga perumahan Vila Nusa Indah II di Bojongkulur akan merasa puas saat menghadapi bencana serupa.
Selain itu, untuk bergabung dengan Bekasi tidak mudah. Harus merujuk pada Undang-Undang dan Peraturan Daerah tentang batas wilayah.
"Sampai sekarang juga saya belum berkomunikasi secara langsung dengan Wali Kota Bekasi," kata dia.
Advertisement
Lebih dari 10 ribu warga Vila Nusa Indah, Desa Bojong Kulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor berencana bergabung dengan wilayah Kota Bekasi. Ini dipicu karena Pemkab Bogor dinilai lamban mengatasi penanganan bencana banjir April 2016. Selain itu, tak pernah ada solusi untuk mengatasi banjir di wilayah yang berbatasan dengan Kota Bekasi itu.
Sementara, saat kejadian banjir, Bekasi mendapat perhatian luar biasa dari pemerintah daerahnya. Sedangkan, warga Vila Nusa Indah II yang hanya dipisahkan oleh jembatan Kali Cileungsi tidak mendapatkan perhatian atau merasa dianaktirikan.
Padahal, rumah warga yang terendam jumlahnya cukup banyak. Selain itu, banjir juga menyebabkan aktivitas warga di 6 rukun warga (RW) terganggu akibat rumah dan sebagian ruas jalan yang menjadi akses warga tertutup lumpur.