Liputan6.com, Jakarta - Lima eks anggota Relawan TemanAhok membeberkan hal-hal buruk yang terjadi selama mereka bergabung di garda terdepan pendukung Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memenuhi syarat calon independen Pemilihan Gubernur 2017 mendatang. Pengakuan itu membuat masyarakat khususnya pihak-pihak yang selama ini melawan dan mengkritisi kepemimpinan Ahok 'tersenyum'.
Pendiri TemanAhok Singgih Widyastomo berujar, pihaknya sedang mempertimbangkan menempuh jalur hukum untuk membuat lima eks TemanAhok itu jera dan menyesali perbuatannya. Singgih berujar, aparat penegak hukum seharusnya memiliki inisiatif menyikapi pengakuan kelima eks TemanAhok tanpanya mengaku.
Baca Juga
"Kami akan pertimbangkan mengambil jalur hukum. Sebenarnya ini bukan delik aduan, karena mereka (lima eks TemanAhok) mengaku perbuatan melawan hukumnya di depan publik. Jarang-jarang kan zaman sekarang 'maling' ngaku," kata Singgih di Sekretariat TemanAhok, Graha Pejaten, Jalan Pejaten Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (29/6/2016).
Advertisement
Singgih berujar yang dilakukan kelima mantan anggotanya sudah memenuhi unsur pelanggaran hukum. Mereka mengaku telah membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP) palsu dan memanipulasi data yang menimbulkam kebohongan publik. Namun ia menyanggah pernyataan kelima eks anggotanya bahwa setiap pendukung Ahok yang mengisi data diri di stand TemanAhok diberi uang sebagai imbalan.
"Itu rekayasa (politik uang). Jadi mereka yang lima orang itu eks TemanAhok itu menyalahi prosedur daripada mekanisme kerja TemanAhok. Mereka memalsukan KTP dan dalam kegiatan ini orientasinya uang," ujar Singgih.
"Mungkin lima orang eks TemanAhok ini merasa sakit hati dengan dikeluarkannya mereka dari struktur kami," sambung Singgih.
Ia pun memaklumi sikap yang diambil kelima mantan anggotanya yang alhasil menimbulkan keraguan masyarakat atas akuntabilitas satu juta KTP untuk Ahok, yang selama ini mereka kumpulkan. "Kalau namanya mantan ya menyebalkan. Makanya ada bahasa-bahasa yang sumbang dari sana."
Mengenai adanya pemberian uang bagi tiap relawan TemanAhok, Singgih membenarkan. Pria bertubuh kurus ini menerangkan uang tersebut dikeluarkan untuk biaya operasional relawan, misalnya mengantar KTP dan formulir pendukung dari masing-masing stand ke kantor sekretariat. Pengertian itulah yang menurut Singgih 'dibelokkan' eks anggotanya untuk membentuk opini negatif tentang TemanAhok.
"Memang benar kami sediakan uang operasional untuk 90 posko organik. Mungkin mereka saat keluar dari teman ahok, mendapat tempat mengadu yang 'pas' buat mereka. Ada satu ormas atau pihak yang tak suka dengan Bapak (Ahok) dan TemanAhok, yang menggerakkan eks TemanAhok," ungkap Singgih.
Namun saat ditanya ormas mana yang dimaksud, ia enggan menunjuk orang yang dinilainya sengaja merencanakan konferensi pers untuk mendeskreditkan dirinya dan kawan-kawan.
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.