Cerita Lapas dan Perang Modern Mengancam Indonesia

Buwas mengatakan ada 72 jaringan narkoba internasional yang menyasar ke Tanah Air.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 11 Sep 2016, 04:03 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2016, 04:03 WIB
Ilustrasi Narkoba (2)
Ilustrasi Narkoba

Liputan6.com, Jakarta Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas masih menjadi tempat nyaman bagi jaringan narkoba, dalam mengedarkan barang haram tersebut kepada masyarakat. 

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Budi Waseso mengatakan, ada 72 jaringan narkoba internasional yang menyasar ke Tanah Air. Di antaranya jaringan Freddy Budiman. Menurut dia, 48 jaringan narkoba telah memanfaatkan 22 Lapas sebagai tempat transaksi narkoba.

"Mereka berpikir bahwa Lapas lebih aman," ujar pria yang akrab disapa Buwas di Sekolah Partai PDIP, Wisma Kinasih, Tapos Kota Depok, Sabtu 10 September 2016.

Sebagai contoh, kata Buwas, ketika Freddy Budiman dipindahkan ke Lapas Gunung Sindur. Tadinya, ia yakin Lapas tersebut bisa menghentikan langkah Freddy mengedarkan narkoba. Namun, baru dipindahkan sore, keesokan harinya Freddy sudah bertransaksi.

"Saya dengan pak menteri melihat sistem yang ada di Gunung Sindur kita putuskan dan yakini bahwa Gunung Sindur hebat. Soalnya waktu Gayus masuk sana, dia ampun-ampunan. Makanya kita pikir Freddy Budiman tidak bisa apa-apa di sana, tapi nyatanya tidak," ungkap Buwas.

Tentunya, kata Buwas, ini harus menjadi persoalan bersama agar jaringan narkoba tak lagi bisa menggunakan Lapas sebagai tempat bertransaksi narkoba.

"Tapi saya tekankan ini menjadi persoalan bersama, bukan hanya tugas menteri atau BNN saja," ungkap dia.

Perang Modern

Karena itu, Buwas menyimpulkan, Bangsa Indonesia sedang dilanda perang modern melalui peredaran narkoba jaringan internasional.

"Kenapa saya bilang perang moderen? Ini sindikat narkotika tidak ada narkoba yang asalnya dari Indonesia, kecuali ganja. Semua muara akhirnya di Indonesia. Ini hasil pembuktian jaringan yang kita ungkap. Semua masuknya ke Indonesia," kata dia.

Buwas menjelaskan, narkoba berasal dari Amerika, Filipina, Hongkong, Taiwan, China, Eropa, dan India. Sebelum muncul di Indonesia selalu transit di dua negara, yakni Malaysia dan Singapura.

"Ini yang saya sampaikan salah satu dari perang moderen. Australia saja komplain sama kita. Karena Australia bilang saya dapet dari Indonesia. Dikira kita yang produksi?" tanya dia.

"Kalau ada beberapa pabrik yang kita tangkap kemarin itu sifatnya meracik, dari bahan baku yang sudah terkirim diracik di sini menjadi bahan jadi. Tapi bahan bakunya impor, kecuali ganja. Ini gambaran nyata," papar Buwas.

Menurut Buwas, Malaysia punya misi menguasai Indonesia. Caranya, dengan menjadikan wilayahnya sebagai tempat transit narkoba. Sehingga bandar terbesar pemodalnya dari negera tersebut.

Di Malaysia atau Singapura, lanjut Buwas, narkoba tersebut diendapkan. Nanti jika ada pesanan dari Indonesia baru dikirim, bisa melalui Kucing dan Kalimatan Timur. Pokoknya semua muaranya adalah Indonesia, terutama Jakarta sebagai sentralnya.

"Sekarang kalau perang pakai pasukan kelihatan sekali. Tapi kalau pakai narkoba tidak kelihatan. Ini yang saya sampaikan kepada Panglima TNI, Kapolri, harus waspada. Karena kita menghadapi musuh dalam selimut," pungkas Buwas.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya