Liputan6.com, Malang - Gunung Semeru kembali merenggut nyawa pendaki yang diduga tidak kuat secara fisik. Sahat M Pasaribu, warga Sidamukti RT 3 RW 22 Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat, dilaporkan meninggal dunia saat berupaya menaklukkan puncak Mahameru.
Korban dilaporkan mengalami gangguan kesehatan dan nyawanya tak bisa diselamatkan. Beberapa hari sebelumnya, Selasa 4 Oktober lalu, nyawa Chandra Hasan pendaki asal Cakung, Jakarta Timur juga tak tertolong lantaran sakit kala mendaki Semeru.
Baca Juga
Cerita Mbah Bingah Pemungut Sampah di Gunung Merbabu Kembali Viral, Disebut Jadi Tamparan bagi Pendaki Gunung
Harga Tiket Masuk Gunung Rinjani Naik per 30 Oktober 2024, Catat Tarif Barunya
Naomi Daviola Pendaki yang Tersesat di Gunung Slamet Terima Beasiswa Rp100 Juta Setelah Diendorse Merek Outdoor
Koordinator lapangan tim SAR Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) Joko Puruwito mengatakan, jenazah Sahat M Pasaribu sudah berada di Rumah Sakit Umum Lumajang untuk divisum.
Advertisement
"Hasil visum belum diketahui, jadi belum bisa dipastikan apa sakit yang diderita oleh korban. Tapi yang jelas, menurut laporan, korban sebelumnya sempat muntah," kata Joko saat dikonfirmasi di Malang, Sabtu (8/10/2016).
Berdasarkan laporan yang diterima petugas BB TNBTS, korban bersama 12 orang rekannya tiba di Pos Perizinan Ranupane pada Rabu 5 Oktober. Setelah mendapat pengarahan dari petugas, rombongan itu berangkat mendaki sekitar pukul 16.00 WIB. Mereka tiba di Ranu Kumbolo malam hari dan memutuskan mendirikan tenda untuk beristirahat.
Keesokan harinya, sekitar pukul 11.00 WIB rombongan melanjutkan pendakian dan tiba di Kalimati sekitar pukul 16.00 WIB. Di pos ini, rombongan kembali mendirikan tenda untuk beristirahat. Malam harinya, Sahat diketahui muntah usai makan malam dan disarankan istirahat.
Pada Jumat 7 Oktober dini hari, dari 13 anggota rombongan itu tiga di antaranya memutuskan terus naik ke puncak Semeru. Korban termasuk yang memilih tak melanjutkan menuju puncak. Ketiga rekannya itu tiba kembali di Kalimati sekitar pukul 09.00 WIB.
Kondisi Sahat diketahui lemas dan tak mau makan sehingga dipaksa agar tetap mau makan. Ia juga dipakaikan blanket atau jaket berbahan plastik dengan tujuan menjaga suhu tubuhnya tetap hangat. Saat rekan–rekannya berbenah bersiap turun, Sahat tertidur memakai satu sleeping bag rangkap beralaskan tutup tenda.
Sekitar pukul 12.30 WIB saat rombongan baru mulai berjalan 200 meter untuk turun, kondisi Sahat semakin parah. Wajahnya terlihat pucat dan tak kuat berjalan. Perwakilan rombongan pun memutuskan turun ke Pos Ranupanu untuk meminta bantuan evakuasi dari petugas BB TNBTS.
Petugas pun bergerak naik melakukan evakuasi setelah menerima laporan dari Luki Prasetya, seorang rekan korban pada pukul 17.10 WIB.
"Dini hari tadi korban diketahui sudah tak bisa diselamatkan. Sekarang masih menunggu keputusan keluarga untuk membawa jenazah almarhum," ujar Joko.