Liputan6.com, Pidie Jaya - Aceh menjadi salah satu wilayah paling rawan guncangan gempa di Indonesia. Guncangan akibat gempa menjadi sebuah hal yang biasa terjadi sejak zaman nenek moyang. Dalam catatan sejarah, gempa bahkan kerap terjadi sejak ratusan tahun silam.
Karena menjadi sebuah hal rutin, orang Aceh sejak lama sudah mengenal sistem penanganan menghadapi gempa, terutama soal hunian tahan gempa.
Baca Juga
"Indatu-indatu (nenek moyang) kita dahulu sudah bersahabat dengan alam. Mereka sudah belajar menghadapi bencana, mempersiapkan rumoh (rumah) tahan bencana," ujar budayawan Majelis Adat Aceh (MAA), Tarmizi Abdul Hamid kepada Liputan6.com di Pidie Jaya, Aceh, Jumat 9 Desember 2016.
Advertisement
Tarmizi menerangkan, konstruksi rumoh Aceh saling kait-mengait, sehingga mampu meredam getaran. Tak jauh beda dengan ratusan rumah tradisional daerah lain di Indonesia, rumoh Aceh juga dibangun dengan filosofi bersahabat dengan alam.
"Bersahabat dengan bencana, mengurangi korban jiwa. Rumoh Aceh lebih aman dari beton, rangka atas (atap) pakai rotan," jelas Tarmizi.
Karena memakai bahan baku rotan pada kerangka atapnya, getaran kuat akibat gempa tidak akan merobohkan bangunan. Bangunan hanya akan membuat rotan melengkung.
"Bukan patah, hanya melengkung saja. Jadi fondasi tidak menimpa jatuh penghuni rumoh," terang Tarmizi.
Selain tiangnya yang terbuat dari rotan, lantai serta tiang-tiang rumoh Aceh terbuat dari kayu. Untuk mempererat kayu-kayu itu, nenek moyang orang Aceh memakai cara yang unik. Mereka tak menggunakan paku, besi atau pun beton.
"Kayu-kayu itu dilubangi, dipahat, dan diberi aroek (pengait)," jelas Tarmizi.
Dengan konstruksi bangunan seperti itu, Tarmizi mengatakan rumoh Aceh tak akan roboh jika gempa dahsyat terjadi.
"Bisa lepas dari fondasi batu yang ditanam sekitar 30 senti, tapi itu tidak masalah karena bajoe (palang pengunci) tiangnya tak lepas," kata Tarmizi.
Terombang-ambing
Menurut Tarmizi, struktur bangunan yang tak mudah patah membuat bangunan hanya terombang-ambing saat gempa atau bangunan terangkat ke atas, tapi akan jatuh kembali ke tempat semula.
"Jika bangunan bergeser, itu pun hanya beberapa sentimeter dan dalam keadaan utuh," kata dia.
Dengan begitu, walaupun rumoh Aceh berpindah dan terangkat dari fondasinya karena gempa, rumah itu tetap akan berdiri, meski miring.
"Belum ada sejarahnya gempa besar yang merobohkan rumoh Aceh. Berkali-kali digoyang gempa, rumoh Aceh tetap tegak. Bisa cek sendiri, sudah berapa kali gempa dan tsunami, ada rumoh Aceh lama yang masih berdiri kokoh," kata Tarmizi.
"Rumoh itu sudah ada sejak masa kesultanan. Rumoh terakhir yang dibangun masa kesultanan, rumoh-nya Cut Nyak Dien, sampai kini masih tegak," ujar Tarmizi.