Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, masalah terorisme tidak bisa ditangani dengan mencegah bom itu meledak atau menangkap teroris baik sebelum atau sesudah aksi. Tapi, harus juga diketahui penyebab kemunculan radikalisme dan terorisme bisa menjamur di satu negara.
"Ini kan gejala global, terjadinya radikalisme, tapi sekali lagi saya ingin sampaikan. Kalau bicara radikalisme jangan hanya bicara bom, ada di mana, sekian korbannya. Kita juga harus mengkaji kenapa itu terjadi," kata Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (23/12/2016).
Baca Juga
Pria yang kerap disapa JK itu menjelaskan, terorisme sering kali muncul pada negara-negara akibat serbuan negara asing. Sebut saja kemunculan Al Qaeda di Afganistan dan ISIS di Suriah dan Irak. Serangan dari negara luar ini menimbulkan kemarahan dan sentimen dari generasi muda negara itu.
Advertisement
"Sentimen dari generasi muda menimbulkan kemarahan warga-warga mereka di Eropa, Amerika macam-macam. Jadi ada juga kenapa mereka marah," imbuh JK.
Kondisi ini diperparah dengan masuknya ajaran yang menyimpang. Ajaran ini memperbolehkan mereka membunuh musuh mereka agar bisa masuk surga. Kata musuh ini diartikan terlalu luas dan tidak terkendali.
"Kita pun jadi musuh kan. Itu masuk surga. Akibatnya dia membunuh, surga dengan mudah, jadi permainan surga ini. Kalau Anda lihat wawancara Nur Solihin itukan, bicara jannah masuk surga. Jadi ini bahayanya, ada kemarahan, ada kekesalan, ada kebencian, timbul ajaran masuk ke situ. Kenapa mereka marah, ya itu sebabnya tadi karena dia diintervensi oleh kiri kanan negara-negara besar itu, jadi penyebab juga harus diketahui," pungkas Jusuf Kalla.
Â
Â