Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (Ketum MUI) Ma'ruf Amin tidak berkomentar banyak terkait permintaan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang ingin menemuinya.
"Tidak ada, tidak ada statemen," kata Ma'ruf di kantor MUI, Jakarta Pusat, (2/2/2017).
Baca Juga
Ma'ruf Amin juga mengaku telah menerima permintaan maaf Ahok. Walau begitu, Ma'ruf masih butuh waktu untuk melakukan pertemuan langsung dengan sang calon gubernur petahana tersebut.
Advertisement
"Orang minta maaf harus dimaafkan, dimaafkan kan selesai. (Bertemu) belum dulu, nantilah kapan-kapan ada waktu ada saatnya," kata Ma'ruf di rumahnya, Jalan Lorong 27, Koja, Jakarta Utara.
Selain itu, Ma'ruf Amin mengatakan, pertemuan semalam dengan sejumlah tokoh negeri, mulai dari Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Direktur Wahid Institute Yenni Wahid, Kapolda Metro Jaya M Iriawan, dan Pangdam Jaya Teddy Lhaksmana, hanya menjalin silaturahmi biasa.
"Biasa silaturahim supaya tetap ada hubungan baik dan gimana menjaga situasi kondusif karena saya biasa di masyarakat tentu saya ikut menenangkan keadaan, iya jangan terprovokasi," kata dia.
Sebelumnya sekitar pukul 11.35 WIB, Ma'ruf Amin sempat menemui Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah Haedar Nasir. Dia juga sempat menemui para pimpinan DPD RI sekitar pukul 13.45 WIB.
Para tamu yang hadir beranjak dari MUI sekitar pukul 15.14 WIB. Menggunakan baju safari abu-abu, Rais Aam PBNU itu pun baru terlihat pukul 16.35 WIB dan langsung menuju mobil hitamnya.
Sementara, Sekjen MUI Anwar Abbas enggan membeberkan ketuanya hendak pergi ke mana. Menurut dia, banyak kegiatan, yang dilakukan Ma'ruf Amin, meskipun tak berusia muda lagi.
"Beliau itu seorang pejuang, jadi tak pernah mengenal istilah lelah," kata Abbas.
Polemik muncul usai Ma'ruf Amin menjadi saksi di sidang kedelapan dugaan penistaan agama dengan terdakwa Ahok. Dalam sidang, salah satu pengacara Ahok, Humprey Djemat mencecar Ma'ruf Amin terkait komunikasi via telepon dengan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.
Diakui Humprey Djemat, pihaknya memiliki bukti terkait percakapan SBY dengan Ma'ruf Amin tersebut. Isi pembicaraannya, pertama terkait kedatangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni ke PBNU. Kedua, soal permintaan SBY kepada MUI agar mengeluarkan fatwa terkait dugaan penistaan agama Ahok.
Pernyataan itulah, yang membuat SBY menduga dirinya telah disadap ketika bertelepon dengan Ma'ruf Amin. Karena itu, SBY meminta polisi dan Presiden Jokowi untuk mengusut terkait dugaan penyadapan terhadapnya.