Liputan6.com, Jakarta - Tak terlintas sedikit pun di benak Siska Putri, kalau agen perjalanan umrah tempat dia bekerja, First Travel, akan berakhir di pihak berwajib.
Selama menjadi agen sejak awal Desember 2015, Siska melihat prospek menjanjikan. Banyak jemaah menggunakan agen perjalanan ini, bahkan, setiap agen pun bisa membawa ratusan hingga ribuan jemaah.
Perempuan 41 tahun ini pun merugi, setelah Kementerian Agama menutup operasional First Travel. Agen perjalanan umrah ini dinilai merugikan jemaah, bahkan diduga ada penyelewengan dan penggelepan dana jemaah.
Advertisement
"Kalau udah gini saya rasa semua agen merugi, teman-teman saya juga pasti alami kerugian. Cuma ya beda besaran mungkin, ya, enggak bisa dihitung, rugi waktu juga, moril, materiil lah," ujar Siska kepada Liputan6.com, Rabu (30/8/2017).
Dengan mendaftar Rp 2,5 juta, Siska mendaftarkan diri menjadi agen Firt Travel. Tugas Siska mendaftarkan jemaah ke kantor, mengurus berkas, dan menginformasikan jadwal dari kantor agen perjalanan umrah itu kepada jemaah.
Siska yang tinggal di Jatiwaringin, Jakarta Timur, itu pun harus mengeluarkan biaya operasional sendiri yang tidak sedikit. Dia harus mondar-mandir ke kantor First Travel di Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
"Jatiwaringin ke Auri Depok bolak-balik bensin sama tolnya udah berapa? Dulu pendaftaran masih di Depok Auri, dan harus titip nomor antrean sama temen yang dekat kantor First Travel biar dapat nomor awal. Kalau enggak gitu bisa seharian di sana, buang waktu untuk nunggu," ungkap dia.
First Travel menjanjikan pembayaran fee setelah program promo selesai pada 2017. Karena itu, Siska belum menerima sepeser pun upah sebagai agen hingga detik ini. Setiap jemaah dia akan mendapat fee Rp 200 ribu dari First Travel.
"Fee agen itu Rp 200 ribu per jemaah. Jemaah saya 108, yang sudah berangkat 68, yang refund 50 orang. Fee dibayar jika program umroh promo 2017 selesai, kan kenyataan enggak selesai, jadi enggak dibayar. Bukan jemaah berangkat terus kita dibayar, bukan gitu sistemnya," ujar dia.
Dipecat Sebagai Agen
Siska yang dikenal kritis itu harus diberhentikan dari First Travel. Namun, dia lebih mementingkan jemaahnya ketimbang keuntungannya sebagai agen, karena itu, dia paling banyak membatalkan jemaah ketimbang agen lain.
"Saya refund jemaah itu sekaligus 39 jemaah, di saat semua agen masih anteng, masih berpikir positif. Saya malah mikir sebaliknya, jadi mungkin temen-temen mikirnya saya arogan. Saya di-block, saya agen garis keras," ujar dia sambil tertawa.
Alasan Siska lebih rajin memperjuangkan jemaahnya, lantaran manajemen First Travel kerap tidak memperhatikan jemaahnya. Bagi agen yang kurang 'berani', bisa-bisa tak kunjung mendapat jadwal keberangkatan.
"Wah, lembek-lembek susah dapat jadwal, di FT itu agen perlu ngotot, atau perlu pendekatan khusus," ujar dia.
Kini, Siska hanya bisa pasrah. Jika pun kasus ini incracht di pengadilan dan ada pengembalian uang jemaah dari First Travel, Siska lebih mengutamakan hak jemaah ketimbang upahnya. Dia belajar bersabar dari kasus ini.
"Jemaah aja dulu lah, fee belakangan mikirnya. Nabung pahala aja saya mah. Enggak sebanding sama uang jemaah yang enggak balik. Antara ikhlas, kesel," ujar dia.
Bagi Siska, uang bisa dicari selagi mau bekerja keras. "Tapi hikmah dari semua ini, banyak amal sama istighfar aja, selain dapat banyak teman senasib dan sepenanggungan," ujar dia.
Selain itu, Siska juga merasa beruntung dengan pemutusan kerja sepihak dari First Travel. Dengan pemutusan ini, dia tidak bekerja sama lagi dengan perusahaan nakal.
"Ya beruntung, saya bukan bagian FT (First Travel) lagi, kan kontrak juga udah habis, enggak perpanjang. Sekarang saya merasa beruntung banget udah di-block. Semoga ada pengembalian hak ke jemaah," Siska mengakhiri perbincangan.
Saksikan video menarik berikut ini:
Advertisement