Ketum Baru Golkar Diharapkan Sosok Pembawa Kepentingan Bersama

Siapa pun ketua umum Golkar nanti memiliki tugas berat untuk memulihkan citra partai runner up Pemilu 2014 tersebut.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 06 Des 2017, 22:40 WIB
Diterbitkan 06 Des 2017, 22:40 WIB
Tentukan Nasib Setya Novanto, Golkar Tunggu Praperadilan
Pelaksana Tugas Ketua Umum Partai Golkar Idrus Marham (kedua kiri) di dampingi jajaran Fraksi Partai Golkar memberikan keterangan pers di Fraksi Partai Golkar DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (5/12). (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Partai Golkar diminta untuk bertindak cermat dalam memilih ketua umum pengganti Setya Novanto. Partai berlambang beringin itu harus mampu memilih ketua umum yang tidak mengusung ambisi pribadi, namun benar-benar membawa aspirasi kader di akar rumput dan masyarakat luas.

Peringatan itu muncul dari pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago, Rabu (6/12/2017). Dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu menyatakan, siapa pun ketua umum Golkar nanti memiliki tugas berat untuk memulihkan citra partai runner up Pemilu 2014 tersebut.

“Ketua umum yang baik untuk Golkar saat ini adalah yang tidak punya agenda pribadi, tapi agenda bersama kader. Jadi ketua umum Golkar bukan karena membawa kepentingannya, tapi demi kepentingan sebagian besar kader di grass root,” ujar Pangi.

Direktur eksekutif Voxpol Center itu menambahkan, Golkar saat ini membutuhkan figur yang mampu menyatukan. “Maka butuh orang yang sudah terbukti mampu membawa Golkar pada perjalanan tanpa perpecahan,” tegasnya.

Analis politik yang akrab disapa dengan panggilan Ipang itu menambahkan, sejauh ini di bursa calon ketua umum Golkar memang sudah beredar nama Airlangga Hartarto yang juga menteri perindustrian di Kabinet Kerja. Namun, Ipang meyakini Presiden Joko Widodo tak akan memberikan privilage untuk Airlangga.

“Presiden Jokowi hanya memberi izin terkait pencalonan Airlangga, tapi soal mekanisme (pemilihan ketua umum) dikembalikan ke internal Partai Golkar. Jokowi tentu akan memegang komitmen agar menterinya tidak rangkap jabatan,” ulasnya.

 

Jokowi Harus Hati-Hati

Sebelumnya pengamat politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten, Leo Agustino juga menyatakan, Presiden Joko Widodo yang bukan kader Golkar justru harus berhati-hati mencermati berbagai upaya untuk menariknya ke masalah internal partai berlambang beringin itu.

Sebab, siapa pun ketua umum Partai Golkar pasti punya ambisi pribadi.

“Saya tidak terlalu bersepakat apabila ketum partai tidak punya agenda pribadi. Secara tersurat sangat mungkin mereka akan menyatakan arah kebijakan yang mereka ambil berasal dari aspirasi akar rumput, tapi implementasinya selalu saja akan ada agenda balik layar yang tidak pernah kita ketahui,” kata Pangi.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya