Alasan Emak-Emak di Bogor Ogah Vaksinasi Anaknya

Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, masih banyak bayi tidak mendapatkan suntikan vaksin karena pengaruh orangtua.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 19 Des 2017, 07:02 WIB
Diterbitkan 19 Des 2017, 07:02 WIB
Difteri
Seorang paramedis menyiapkan vaksin difteri untuk diberikan kepada siswa di sebuah sekolah dasar pada hari pertama sebuah kampanye di Tangerang, Senin (11/12). (AP Photo / Tatan Syuflana)

Liputan6.com, Bogor - Bayi sejak usia 0 bulan wajib mendapatkan imunisasi. Sayang, di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, masih banyak bayi tidak mendapatkan suntikan vaksin karena pengaruh orangtua.

Padahal, imunisasi DPT adalah salah satu jenis bentuk vaksinasi yang wajib diberikan kepada balita. Salah satunya penyakit difteri yang saat ini merebak di wilayah Kabupaten Bogor, bahkan dari sembilan kasus, dua diantaranya meninggal dunia akibat terserang penyakit difteri.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Agus Fauzi mengatakan, sekitar 94 persen bayi di Kabupaten Bogor belum mendapatkan imunisasi dasar wajib.

Hal ini disebabkan karena orangtua tidak mengizinkan anak diimunisasi karena adanya pendapat yang keliru mengenai imunisasi. Mereka menganggap vaksin difteri mengandung zat yang diharamkan agama.

Padahal, vaksin difteri telah mendapat jaminan halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Pemerintah juga menjamin keamanan vaksin difteri untuk anak.

"Ada masyarakat yang ragu soal halal haram vaksin tersebut," kata Agus, Senin (18/12/2017).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tersebar di Seluruh Kabupaten Bogor

Difteri
Siswa SD saat disuntik imunisasi difteri di sebuah sekolah dasar di Tangerang, Senin (11/12). Indonesia memulai sebuah kampanye untuk mengimunisasi 8 juta anak-anak dan remaja dari difteri. (AP Photo / Tatan Syuflana)

Di samping itu, mereka juga menganggap bahwa jika anak diimunisasi DPT memiliki efek samping seperti panas dan demam. "Sebetulnya efek samping ini sifatnya hanya sebentar," kata dia.

Menurut dia, para orangtua yang menolak anaknya divaksinasi tersebar hampir di seluruh wilayah desa di Kabupaten Bogor.

"Memang tidak semua warga menolak. Ada juga yang sadar," ungkap Agus.

 


Target 95 Persen

Difteri
Siswa SD menunggu giliran untuk disuntik difteri di sebuah sekolah dasar di Tangerang, Senin (11/12). Indonesia memulai sebuah kampanye untuk mengimunisasi 8 juta anak-anak dan remaja dari difteri. (AP Photo / Tatan Syuflana)

Namun pascamerebaknya kasus difteri, lanjut Agus, para orangtua secara sukarela mendatangi puskesmas maupun posyandu untuk memvaksinasi anaknya.

"Beberapa wilayah melaporkan permohonan vaksin difteri. Terutama untuk daerah yang ditetapkan KLB (kejadian luar biasa). Target kami 95 persen anak divaksinasi," kata dia.

Sebelumnya, selama 2017 ada 9 kasus difteri di Kabupaten Bogor. Dari 9 anak, 2 diantaranya meninggal akibat infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium ini.

Kedua penderita infeksi menular ini masih berusia empat dan lima tahun. Balita yang meninggal belum lama ini berdomisili di Citeureup dan Cileungsi, Kabupaten Bogor.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya