Mengapa Pesona Ahok Tak Luntur meski Dipenjara?

Kisah siswa di Lamongan kesulitan mengambil ijazah karena belum melunasi biaya sekolah menjadi viral lantaran ia mengirim surat ke Ahok.

oleh Anendya Niervana diperbarui 07 Jan 2018, 20:00 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2018, 20:00 WIB
Banner Infografis Survey SMRC Ahok II
Ahok. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, atau yang akrab disapa Ahok, tengah menghabiskan hari-harinya di balik jeruji besi. Kendati demikian, masih ada sejumlah masyarakat Indonesia yang memohon pertolongan Ahok.

Terakhir, kisah siswa di Lamongan yang kesulitan mengambil ijazahnya karena belum melunasi biaya sekolah, menjadi viral lantaran ia mengirim surat meminta bantuan Ahok. Surat itu pun dibalas Ahok yang langsung ditindaklanjuti stafnya.

Ini bukan pertama kalinya Ahok memberikan pertolongan ketika dirinya dalam masa tahanan. Sebelumnya, Ahok juga pernah membantu seorang pria melamar kekasihnya. Dalam surat tulisan tangan itu, Ahok meminta izin menjadi wakil dari ayah sang pria yang sudah tiada.

Ahok memang dipenjara. Namun pesonanya tak terkungkung apa pun. Apa yang membuat Ahok seperti itu?

Menurut pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Reni Chandriachsja Suwarso, kunci ketenaran Ahok terletak pada karakter individual yang begitu kuat.

"Jadi yang pertama ya branding politik karakternya Ahok itu kan sangat baik ya," ujar Reni kepada Liputan6.com, Minggu (7/1/2018).

Salah satu karakter Ahok yang dinilai Reni mencolok adalah kepatuhan mantan gubernur DKI Jakarta itu saat menjalani proses hukum kasus penodaan agama yang menjeratnya. Ahok selalu menghormati hukum bahkan menjalankan vonis hakim tanpa mengajukan banding.

Bahkan, Ahok rela melepas jabatan gubernur DKI yang sedang didudukinya. "Itu menyebabkan simpati yang luar biasa dari masyarakat," ucap Reni.

 

Ikon Politik Baru?

20160421- Transjakarta Luncurkan Bus Khusus Perempuan- Ahok- Veronica Tan-Jakarta- Yoppy Renato
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) melihat kondisi bagian dalam bus Transjakarta khusus perempuan, Jakarta, Kamis (21/4). Peluncuran bus khusus wanita bertepatan dengan Hari Kartini. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Reni berpandangan, panggung politik Indonesia sudah terlalu lama menunggu sosok pemimpin seperti Ahok. Kedatangan Ahok pun dinilai sebagai ikon politik baru karena selama ini tidak ada politikus Indonesia yang bertindak seberani Ahok. Akhirnya, pesona Ahok "tercium" sampai ke luar Jakarta.

"Jadi kita memimpikan sosok pemimpin seperti Ahok yang tegas, yang berwibawa, yang bisa kita percaya, selalu membantu rakyat kecil kemudian yang jujur yang mematuhi hukum, seperti itu. Nah karakter-karakter seperti itu jarang di temui di politisi-politisi yang lain," papar Reni.

Reni menambahkan, prinsip yang Ahok pegang teguh kerap kali diikuti perbuatan yang nyata. Kemudian, karena karakter-karakter tersebut, simpati yang berhasil dibangun Ahok melintasi suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

"Orang yang mengagumi Ahok tidak hanya orang keturunan chinese, tidak hanya orang Kristen, tetapi juga orang dari suku lain, dari agama lain, dari etnis lain dan dari lintas provinsi. Karena karakter dan perbuatan yang Ahok lakukan itu lintas batas," jelas Reni.

Reni mengungkapkan, Ahok sukses 'menjual' nilai-nilai universal dalam perbuatannya.

"Ada nilai-nilai universal yang kita pegang, prinsip-prinsip universal yang kita beli, yang kita percaya. Nah itu kita temukan di dalam sosok Ahok," Reni memungkas.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya