NU-Muhammadiyah Bertemu, Konsolidasi Kebangsaan Harus Terus Digalang

Konsolidasi kebangsaan semakin penting mengingat rasa dan komitmen kebangsaan menurun.

oleh Muhammad Ali diperbarui 26 Mar 2018, 17:35 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2018, 17:35 WIB
Pertemuan PBNU dan Muhammadiyah-Said Aqil Siradj-Haedar Nashir
Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah H. Haedar Nashir (kedua kiri) saat silaturahim keluarga besar NU dan Muhammadiyah di kantor PBNU, Jakarta, Jumat (23/3). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Pertemuan antara Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menarik perhatian publik. Pertemuan itu dinilai penting sebagai upaya penyelamatan bangsa dari ancaman perpecahan.

Sebagai organisasi Islam terbesar, NU dan Muhammadiyah menjadi benteng kebangsaan, sekaligus kekuatan civil society. Organisasi itu memiliki modal sosial besar bagi pembangunan ekonomi rakyat dan agenda mengurangi kesenjangan.

"Optimisme umat Muslim dan rakyat Indonesia perlu terus dibangkitkan. Para tokoh seharusnya tidak justru menyebarkan putus asa sosial yang akan memberi angin pada potensi konflik dan perpecahan," kata Direktur Said Aqil Siroj Institute (SAS Institute) M Imdadun Rahmat dalam keterangannya, Jakarta, Senin (26/8/2018).

Dia memaparkan pertemuan antartokoh semacam ini perlu terus dilakukan. Konsolidasi kebangsaan semakin penting mengingat rasa dan komitmen kebangsaan menurun.

"Kalau kondisi ini dikipas dengan pernyataan tokoh penting bahwa Indonesia akan bubar 2030, agenda Khilafah bisa makin kuat. Ini berbahaya," tambah Imdadun.

Menurut mantan ketua Komnas HAM ini, silaturrahmi antara NU dan Muhammadiyah seyogyanya ditindaklanjuti dengan melibatkan seluruh ormas Islam lain. Tak kalah penting melibatkan ormas agama lain.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

 

Pentingnya Keseimbangan

Pertemuan PBNU dan Muhammadiyah-Said Aqil Siradj-Haedar Nashir
Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj memberikan cindermata ke Ketua Umum PP Muhammadiyah H. Haedar Nashir saat silaturahim keluarga besar NU dan Muhammadiyah di kantor PBNU, Jakarta, Jumat (23/3). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Imdadun menilai, penegasan pentingnya keseimbangan antara komitmen pada agama dan bangsa perlu terus digemakan. Sebab banyak pihak yang mempertentangkan antara perjuangan agama dengan bangsa.

"Sebagaimana dalam pidato Kiai Said, bahwa perjuangan Islam memerlukan teritori yang aman dan damai. Maka tanah air harus diperjuangkan lebih dulu. Baru setelahnya kita bisa berjuang demi agama. Tanah air Indonesia adalah warisan para Ulama dalam perjuangan kemerdekaan" papar Imdadun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya