Kesaksian Tamu Hotel Roa-Roa Saat Guncangan Gempa Palu

Gempa telah merenggut nyawa suaminya. Namun, Dian juga masih menunggu kabar kedua orangtuanya yang masih misterius akibat gempa.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 04 Okt 2018, 09:10 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2018, 09:10 WIB
Pandangan Udara Kota Palu Usai Dilanda Gempa dan Tsunami
Petugas membersihkan puing-puing dari hotel Roa Roa yang runtuh di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). Jumlah korban tewas akibat gempa dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala diperkirakan akan meningkat. (JEWEL SAMAD/AFP)

Liputan6.com, Palu - Teriakan minta tolong menggema ketika Hotel Roa-Roa di Palu, Sulawesi Tengah, luluh lantak akibat guncangan gempa magnitudo 7,4 pada Jumat, 28 September 2018. Suara-suara itu berasal dari para tamu yang tertimbun material bangunan.

Begitulah kesaksian yang diungkapkan Dian Andriana, salah satu korban yang selamat. Perempuan yang akrab disapa Dian ini menginap di Hotel Roa-Roa bersama suami, orangtua, adik perempuan, dan dua orang anak.

Dian ingat betul, dia check in di hotel pukul 17.00 Wita dengan membuka tiga kamar, yaitu 315, 316, dan 317. Seluruh ruangan kamar berada di lantai 3.

"Kami bertujuh dari Makassar. Adik perempuan dan anak saya menghuni kamar 315. Selanjutnya, saya, suami dan anak menghuni 316. Sisanya di kamar 317 dihuni orangtua," kata Dian kepada Liputan6.com, Kamis (4/10/2018).

Hari itu, para tamu hotel beraktivitas seperti biasa. Situasi yang tenang berubah mencekam. Sekitar pukul 18.00 Wita seisi ruangan bergetar karena gempa. Getaran terjadi beberapa kali. Seingatnya pada getaran kedua perlahan-lahan bangunan mulai runtuh runtuh.

"Saya sedang berbaring di ranjang sama suami sembari main handphone. Suami saya bilang, sini Mah sini Mah (ke arah pintu. Saya mencoba menghampiri, tapi sudah tidak sempat karena sudah rubuh semuanya," kenang Dian.

Dia mengatakan, kondisi hotel karena guncangan gempa sudah tak karu-karuan. Posisinya saat tertimbun reruntuhan pun seperti duduk di antara dua sujud. Tidak terkubur, tapi tangannya terjepit.

Dian terus sadar selama menunggu evakuasi. Dia pun banyak mendengar suara-suara kala terperangkap di dalam bebatuan. Dari suara azan Magrib, dan suara minta tolong. Dian pun masih bisa berkomunikasi dengan anak dan suami.

"Saya dalam kondisi timbunan tidak panik hanya berzikir Allah. Sementara suami saya memeluk anak saya agak sedikit terkurap. Kemudian saya suruh suami untuk gerakkan badannya. Dia bilang tidak bisa karena sudah susah bergerak. Saya juga panggil anak saya Khadijah," ucap Dian

Panggilannya dijawab sang anak, "Eh-eh."

 

Suaranya Terdengar Relawan

Hotel Roa-Roa
Hotel Roa-Roa Palu luluh lantak diterjang gempa dan tsunami (Liputan6.com/Ady)

Selama kurang lebih satu jam meminta-minta pertolongan akhirnya didengar oleh relawan.

"Semua orang minta tolong. Jadi pas runtuh banyak yang minta tolong tidak langsung meninggal. Nah, waktu saya minta ada orang lewat. Menanyakan saya di mana," ujar dia.

Saat itu, untungnya kepala dan rambutnya kelihatan, sehingga terpantau oleh relawan. Dian ditemukan sekira pukul 19.00 Wita.

Sesaat itu langsung menarik anak yang digenggam suami. Dian juga bertanya kepada relawan tentang keadaan suami.

"Dia (penolong) bilang, suami Anda sudah tidak ada, lagipula sudah terjepit harus pakai alat," ujar dia.

Sewaktu mendengar keadaan suami. Dian memutuskan meninggalkannya karena masih banyak gempa susulan.

Dia terkejut ketika berhasil dibantu keluar dari reruntuhan. Dia berada di lantai paling atas.

"Ternyata rubuhnya dari bawah patah miring 180 derajat. Saya pas selamat saya paling atas," tutur dia.

Dian dilarikan ke Rumah Sakit Budi Agung. Dia pun mengucapkan terima kasih kepada dua relawan. "Kamu (relawan) sebagai malaikat saya. Saya ucapkan terima kasih banyak kedua orang itu, ujar dia.

Menunggu Kabar Orangtua

Endusan Anjing K9 Bantu Polisi Cari Korban Gempa dan Tsunami Palu
Unit K9 mengerahkan anjing pelacak saat mencari korban gempa dan tsunami di Hotel Roa-Roa, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (3/10). Anjing K9 dikerahkan untuk mengendus keberadaan tubuh korban yang tertimbun reruntuhan. (AP Photo/Tatan Syuflana)

Selain merenggut nyawa suaminya, Dian juga masih menunggu kabar kedua orangtuanya yang masih misterius.

"Di lantai ganjil, hanya suami saya yang tidak selamat," ucap dia.

Dian tidak mengira tujuan kedatangan ke pesta pernikahan adik sepupu dari ayahnya berakhir tragis. "Saya bukan warga sini. Saya warga Makassar. Saya pertama kali datang ke Palu hanya menghadiri acara penikahan adik sepupu," ucap dia.

Dian tak mau lama-lama bersedih. Apalagi punya empat anak yang membuatnya lebih motivasi untuk lebih kuat.

"Life must go on. Saya enggak bisa stuck, kita kan semua mau ke sana, cuma beda-beda caranya, berbeda-beda waktunya," ucap dia.

Dian mengaku tidak akan pulang sebelum kedua orangtua ditemukan. Apa pun kondisinya, siap diterima dengan lapang dada.

"Saya tidak akan pulang kalau tidak dapat orangtua saya. Makanya saya tetap koordinasi dengan Basarnas sampai kapan evakuasi," tutur Dian.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya