Liputan6.com, Jakarta Candi Borobudur merupakan salah satu situs keajaiban dunia. Ketika mengunjungi ke tempat ini, sebenarnya pengunjung bukan hanya wisata biasa. Di Candi Borobudur, pengunjung bisa melakukan wisata religi.Â
Itulah yang dilakukan para peserta Famtrip Indochina saat berkunjung ke Borobodur yang dikenal dengan sebutan Candi Budha. Tak heran bila peserta yang berasal dari Myanmar, Kamboja dan Laos, antusias dengan kunjungan ke Candi Borobudur. Mereka bahkan bersembahyang di sekitar Stupa Candi Borobudur.
Baca Juga
"Tak sekedar berfoto, mereka juga antusias menyimak penjelasan tentang apa makna yang terkandung dari relief di dinding candi. Kami sendiri sebagai pemandu wisata senang bila mereka memiliki antusias tinggi. Jadi mereka bukan sekadar mengagumi kemegahan bangunan bersejarahnya saja, tetapi juga tahu sejarah, cerita dan pesan-pesan yang ada di gambar relief candi," ujar tour guide yang mendampingi peserta Famtrip Indochina, Happy Sulistiawan, Rabu (24/4).
Advertisement
Menurut Happy, kedekatan agama menjadi magnet bagi mereka untuk mengetahui lebih jauh tentang candi Borobudur.
"Jadi di sini mereka tidak sekadar foto-foto saja tetapi ingin mendapat pengetahuan lebih tentang Candi Borobudur ini," ujar Happy yang mengaku senang jika tamunya memiliki antusias pada kisah yang ada dibalik bangunan bersejarah.
Peserta Famtrip Indochina ini sendiri berjumlah 22 orang dengan masing-masing didampingi staf KBRI di tiga negara tersebut. Dengan demikian secara keseluruhan peserta famtrip berjumlah 25 orang.
Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, letaknya kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.
Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Budha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
Borobudur adalah candi atau kuil Budha terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen Budha terbesar di dunia. Candi ini sudah ditetapkan UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia.
Meski di Kamboja juga ada candi besar, Angkor Wat, namun menurut jurnalis televisi Kamboja PNN, Koeung Sophea, setiap bangunan bersejarah memiliki keistimewaan masing-masing.
"Setiap bangunan bersejarah memiliki daya tarik tersendiri. Itu tak lepas dari pengaruh budaya setiap daerah yang berbeda-beda. Meski kami punya Angkor wat, tapi bagi kami candi Borobudur punya keunikan dan daya tarik yang berbeda," kata Koeung Sophea.
Koeung Sophea sendiri sempat mewawancarai pemandu wisata yang memang tampak memahami betul candi Borobudur.
"Ya saya jadi banyak tahu soal keselarasan, keberagaman masyarakat dan pesan yang ada di candi ini. Banyak yang bisa kami ceritakan saat kami kembali nanti," kata Koeung Sophea
Usai puas menyusuri Candi Borobudur dan berfoto-foto, peserta Famtrip Indochina diajak berkeliling desa wisata Candirejo. Dengan menggunakan delman peserta Famtrip Indochina sempat mampir melihat bagaimana membuat tikar pandan secara tradisional yang dirajut dengan ketrampilan tangan.
Proses pembuatan yang cukup lama, yakni sebulan, membuat kagum peserta famtrip. Ada dari mereka yang membeli tikar pandan itu sebagai kenang-kenangan mereka.
Selain melihat proses kerajinan membuat tikar pandan, di desa Candirejo ini peserta famtrip Indochina juga diajak bermain gamelan Jawa. "Ini sangat menyenangkan. Irama tradisional Jawa ini pun mudah dimainkan," kata Say Tola jurnalis asal Kamboja.
Kunjungan ke kawasan Borobudur dan desa wisata Candirejo sendiri merupakan bagian dari agenda panjang kegiatan famtrip Indochina di Yogyakarta. Mereka juga sempat berkunjung ke candi Prambanan, Candi Boko, Keraton Yogya serta berpetualang ke kawasan Merapi dengan menggunakan jeep.
Kementrian Pariwisata sendiri sangat mendukung kegiatan famtrip ini. Menurut Menpar Arief Yahya kegiatan famtrip cukup efektif karena pelaku industri pariwisata saling berinteraksi langsung.
"Jadi kita berusaha membuat mereka terkesan dalam perjalanan wisata mereka. Karena bila mereka terkesan, mereka akan datang membawa tamu lain. Paling tidak mereka akan bercerita dengan foto-foto mereka di media sosial mereka," ujarnya.
Â
(*)