Liputan6.com, Jakarta - Polri masih mendalami kasus terorisme yang melibatkan kelompok Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia. Kepolisian menyebut, JI memiliki media massa sendiri untuk melakukan propaganda sekaligus menyebarkan paham radikal.
"Dia punya media sendiri. Ada beberapa media yang tidak terdaftar di Dewan Pers, digunakan untuk propaganda dan menyebarkan narasi-narasi," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di kantornya, Jakarta, Selasa (16/7/2019).
Baca Juga
Menurut Dedi, media massa menjadi salah satu instrumen JI memperkuat kelompoknya. Padahal JI telah dibubarkan pemerintah Indonesia sejak 2007 lalu.
Advertisement
"Untuk sementara ini, memang paling kuat di Jawa Barat ya. Pengaruhnya signifikan. Lalu di Jawa Tengah dan sebagian di Jawa Timur. Kemudian di wilayah Sumatera, lalu ada di Kalimantan tidak banyak. Lalu di Sulawesi juga tidak banyak dan mereka bisa menembus hingga ke Papua Barat," tutur Dedi.
Selain itu, JI juga menyusup ke sejumlah organisasi untuk merekrut anggota. Mereka bahkan menyusup hingga ke pengajian-pengajian kecil yang biasa dilakukan masyarakat umum.
"Pola pendekatan khas itu dipakai sama dia (JI) dalam rangka menyebarkan paham dia, karena dia menilai pahamnya paling benar," kata Dedi menandaskan.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Usut Sumber Dana JI
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan tim Densus 88 Antiteror tengah mendalami sumber pendanaan jaringan teroris Jamaah Islamiyah.
Dari hasil investigasi, diketahui sumber pendanaan kelompok ini berasal dari beberapa usaha di antaranya perkebunan. Bahkan para pentolan kelompok ini digaji dengan nominal Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per bulan.
"Mereka mengembangkan ekonomi mereka, ada beberapa usaha yang mereka bangun, antara lain perkebunan untuk membiayai (operasional) organisasi dan pejabat-pejabat kelompok JI ini," kata Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Senin (1/7/2019).
Menurutnya, kelompok Jamaah Islamiyah ini tengah menyusun kekuatan dengan tujuan untuk mendirikan khilafah di Indonesia.
"Saat ini jaringan JI memang terlihat belum melakukan aksi terorisme di Indonesia. Tapi mereka saat ini sedang membangun kekuatan, tujuannya untuk membangun khilafah," katanya.
Hal itu terungkap pascapenangkapan terduga teroris bernama Para Wijayanto (54 tahun). Para merupakan pemimpin JI di Indonesia pasca dinyatakan sebagai organisasi terlarang dan dibubarkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 2007.
Advertisement