Liputan6.com, Jakarta - Proyek pelebaran Jalan Raya Puncak, Bogor, Jawa Barat terancam molor. Potensi keterlambatan pekerjaan jalan nasional itu disebabkan banyaknya utilitas di bahu jalan.
Di kawasan puncak Bogor itu banyak tiang listrik, telkom, lampu penerangan jalan umum (PJU), papan reklame, rambu-rambu lalu lintas hingga papan penunjuk arah.
Baca Juga
Cegah Wisatawan Kena Pungli Joki Rp850 Ribu, Traveler Bagikan 7 Jalur Alternatif ke Puncak Bogor
Meresahkan Wisatawan, Belasan Joki hingga Pak Ogah di Jalur Alternatif Puncak Diciduk Petugas
Viral Pungli Joki Pemandu Jalur Alternatif Puncak Bogor Rp850 Ribu, Apakah Permintaan Maaf Pelaku Cukup Loloskan dari Jerat Hukum?
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 2.3 Provinsi DKI Jakarta, Kementerian PUPR Christman Sirait ST mengatakan, keterlambatan pengerjaan fisik pelebaran jalan sebenarnya telah terjadi sejak sekitar dua bulan terakhir.
Advertisement
Progres pengerjaan fisik proyek senilai Rp 73 miliar yang meliputi penataan saluran air, trotoar dan pelebaran jalan di empat ruas jalur Puncak, saat ini baru mencapai 25 persen. Padahal, target pengerjaan fisik harus selesai 20 Desember 2019.
"Harusnya sekarang itu progresnya mencapai 50 persen tapi karena utilitas belum dipindah, pekerjaan kita jadi molor," ucap Christman, Jumat (9/8/2019).
Salah satu hambatan pengerjaan pelebaran proyek di Puncak Bogor, lanjut Christman, pihak kontraktor tidak bisa langsung mengaspal jalan yang sudah dilakukan pengecoran.
"Jalan yang sudah dicor harusnya langsung diaspal dan dipasang marka jalan. Tapi karena banyak tiang, jadi ditunda dan kita pindah mengerjakan di titik lain," ucap dia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Layangkan Surat Pemberitahuan
Sebelum proyek dimulai, Christman mengaku telah melayangkan surat kepada beberapa pihak terkait untuk memindahkan utilitas. Hal tersebut karena akan dilakukan pelebaran jalan.
"Tapi sampai sekarang belum direspons oleh pemilik utilitas. Kami juga khawatir kalau tidak dipindah sampai akhir tahun, pelebaran jalan tidak berfungsi maksimal," terang Christman.
Tak hanya menghambat proyek nasional, keberadaan puluhan tiang besi di jalur Puncak juga mengganggu arus lalu lintas dan sangat membahayakan pengguna jalan. Salah satunya di turunan Selarong, Kecamatan Megamendung.
Di kawasan yang dijuluki jalur tengkorak ini sering terjadi kecelakaan lalu lintas baik bus, minibus, hingga sepeda motor. Dengan keberadaan tiang yang berderet di ruas Selarong, tentunya potensi kecelakaan akan sangat tinggi.
"Engga ada tiang saja rawan, apalagi sekarang jalan terhalang tiang. Takutnya ada pengendara yang ga tahu jalur lalu nabrak tiang," kata Andi Hakim, pedagang kelontong di kawasan Selarong.
Advertisement