Fahri Hamzah: Sulit Tinggalkan Jakarta sebagai Ibu Kota

Fahri menyebut, pemerintah harus paham posisi dan sejarah Jakarta yang di desain sebagai Ibu Kota Negara

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 16 Agu 2019, 17:26 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2019, 17:26 WIB
Fahri Hamzah
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah memberi keterangan usai memenuhi panggilan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (19/3). Fahri mendatangi Mapolda Metro Jaya terkait pelaporannya terhadap Presiden PKS Sohibul Iman. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah angkat bicara soal rencana pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan. Menurut Fahri, sulit meninggalkan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara. 

"Sulit meninggalkan Jakarta sebagai Ibu Kota. Terlalu bersejarah legacy dari Bung Karno dan banyak sekali hal-hal yang tidak ditinggalkan dari kota ini. Dulu Pak Harto mengupayakan ke Jonggol enggak bisa, ya sudah dipindahkan ke Teluk Jakarta. Sehingga Ibu Kota itu merepresentasikan tradisi maritim," kata Fahri di kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2019). 

Fahri menyebut, pemerintah harus paham posisi dan sejarah Jakarta yang di desain sebagai Ibu Kota Negara. Sebab, banyak sejarah yang melekat di Jakarta sebagai Ibu Kota.

"Saya ingin pemerintah itu mengerti posisi Jakarta. Istana terlalu kuat sejarahnya. Indonesia tanpa jejak itu berbahaya. Makanya saya terus terang ini Pak Jokowi harus dikasih feeding yang baik. Menteri-menterinya ini enggak kuat ngomongnya," tambah Fahri.

Fahri khawatir, simbol kemaritiman akan hilang dari Jakarta apabila Ibu Kota jadi dipindahkan ke Kalimantan.

"Kalau dipindahkan ke pulau besar nanti tradisi maritimnya hilang. Jadi banyak hal dari Jakarta yang harus diceritakan dulu dan harus diomongin kepada masyarakat. Sebab, Jakarta ini terlalu bersejarah untuk ditinggalkan," ucapnya. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Bentuk Daerah Otonomi Baru

Fahri Hamzah mendatangi Polda Metro Jaya untuk diperiksa sebagai pelapor (Merdeka.com/Ronald)
Fahri Hamzah mendatangi Polda Metro Jaya untuk diperiksa sebagai pelapor (Merdeka.com/Ronald)

Fahri juga menilai bahwa pembangunan indonesiasentris bukanlah berpatok pada lokasi Ibu Kota saja.

"Sekarang ruang dan waktu sudah enggak ada gunanya, karena semua bisa digunakan secara digital. Sekarang ini ya lebih penting memperkuat pembentukan daerah otonomi baru sebagai syarat lahirnya daerah yang lebih kuat," jelasnya. 

Sementara itu, riset pemindahan Ibu Kota oleh Bappenas, menurut Fahri, tidak mendalam dan tidak perlu didengar oleh Jokowi.

"Saya sudah baca itu risetnya Bappenas dangkal betul. Jadi ya sudahlah, Pak Jokowi ini jangan dikasih input yang tidak matang. Saya sudah baca risetnya itu enggak matang," ungkapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya