PAN Butuh Sosok Ketua Umum yang Dinilai Punya Daya Magnetik Elektoral Kuat

Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 PAN menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Partai tersebut tidak mampu menambah jumlah kursi di DPR RI.

oleh Muhammad Ali diperbarui 07 Jan 2020, 14:52 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2020, 14:52 WIB
Rakernas PAN
Sejumlah pengurus Partai Amanat Nasional (PAN) menghadiri acara Rapat Kerja Nasional PAN di Jakarta, Rabu (6/5). Dalam acara itu juga dilantik Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional Periode 2015-2020. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 PAN menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Partai tersebut tidak mampu menambah jumlah kursi di DPR RI.

Di Pemilu 2014, PAN memperoleh 49 kursi. Namun di Pemilu 2019 saat PAN dipimpin Zulkifli Hasan hanya memperoleh 44 kursi DPR.

Di daerah pemilihan Jawa Tengah, PAN tidak mendapatkan satu kursi pun untuk DPR RI. PAN hanya mampu meraih 832.010 suara di seluruh Dapil Jawa Tengah.

Sementara itu, di Dapil Jawa Timur, kursi PAN di DPR RI hilang dua, alhasil hasil elektroal PAN di Pemilu 2019 tidak memuaskan.

Menanggapi fakta elektroal PAN yang merosot, Direktur Presidential Studies Decode UGM Nyarwi Ahmad menilai kepemimpinan Zulkifli di PAN perlu dipertimbangkan kembali untuk diperpanjang lima tahun ke depan.

Karena dia menilai, kalau kepemimpinan Zulkifli tetap dipertahankan, suara PAN di Pemilu 2024 diprediksi tidak meningkat bahkan terancam menurun.

"Jika PAN masih dalam kepemimpinan Zulkifli Hasan, besar kemungkinan tingkat perolehan suara dan kursi PAN di parlemen tidak akan banyak mengalami peningkatan. Sepertinya PAN ya akan begitu-begitu saja, tidak banyak berubah," tegas Nyarwi kepada wartawan di Jakarta, Selasa (7/1/2020).

Fakta elektoral membuktikan bahwa di Pemilu 2019 menjadi "panen raya" bagi dua partai politik berbasis massa Islam yaitu PKB dan PKS dengan perolehan suara yang meningkat signifikan dibandingkan Pemilu 2014. Sementara PAN dan PPP harus mengalami perolehan suara yang turun drastis.

Di Pemilu 2014, PKB memperoleh 11.298.957 suara (9,04 persen) lalu meningkat menjadi 13.570.970 (9,69 persen) di Pemilu 2019.

Sementara PKS di Pemilu 2014 memperoleh 8.480.204 (6,79 persen). Dan pada Pemilu 2019 partai tersebut meraih 11.493.663 suara (8,21 persen).

PAN di Pemilu 2014, dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 185.826.024, perolehan suara PAN yaitu 9.481.621 (7,59 persen). Lalu di Pemilu 2019, DPT berjumlah 192.828.520, PAN memperoleh jumlah suara 9.572.623 (6,84 persen).

Melanjutkan keterangannya, Nyarwi menilai pelaksanaan Munas PAN 2020 menjadi momentum partai untuk mencari figur Ketua Umum baru yang mampu meningkatkan suara partai di Pemilu 2024.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Cari Figur Ketum Baru

Dia menegaskan sudah saatnya PAN mencari figur Ketum baru yang mampu memiliki strategi marketing politik yang lebih bagus dan memiliki daya magnetik elektoral yang kuat.

Figur PAN ke depan menurut dia harus mampu merespons perkembangan zaman dengan bekal pengetahuan terkait strategi organisasi dan marketing politik yang canggih agar basis massa PAN tidak rontok.

Jebloknya perolehan kursi PAN di Pemilu 2019 menurut Nyarwi, tidak bisa disalahkan kepada orang lain. Karena yang bertanggung jawab terkait hasil elektoral partai adalah pucuk pimpinan PAN.

Karena itu, dia memprediksi tingkat perolehan suara PAN dan kursi partai tersebut di parlemen tidak akan mengalami peningkatan bila Zulkifli Hasan tetap menjadi ketua umum PAN.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya