Pengakuan Pastor Lukas Nurak: Italia Seperti Kota Mati Akibat Covid-19

Beberapa hari setelah pemerintah Italia memutuskan memperluas lockdown atau karantina ke seluruh wilayahnya, kehidupan di Italia berubah.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 14 Mar 2020, 08:10 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2020, 08:10 WIB
Italia Tutup Seluruh Wilayahnya Akibat Virus Corona
Seorang wanita berjalan di Lapangan Santo Markus, Venesia, Italia, Senin (9/3/2020). Hingga saat ini, sebanyak 9.172 pasien di Italia dinyatakan positif virus corona (COVID-19). (Anteo Marinoni/LaPresse via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari setelah pemerintah Italia memutuskan memperluas lockdown atau karantina ke seluruh wilayahnya, kehidupan di Italia berubah.

Pemerintah Italia memutuskan untuk memperluas kebijakan karantina ke seluruh wilayahnya setelah angka kematian akibat Covid-19 pada awal pekan melonjak dari 97 orang menjadi 463 orang.

Salah satu Pastor yang saat ini tinggal di Italia, Lukas Nurak menggambarkan kondisi Italia seperti kota mati. Dalam akun Facebooknya, Pater Lukas Nurak menuliskan, saat ini Italia tengah bersedih, semua kota sepi seperti tak berpenghuni. Seluruh Italia menjadi zona merah akibat Covid-19.

"Corona virus telah memporakporandakan perasaan kami, melumpuhkan semua kegiatan Iman kami, perekonomian umat, perziarahan batin umat Tuhan dan semuanya serta segalanya," tulis Pastor Lukas dalam akun Facebooknya seperti dikutip oleh Liputan6.com, Sabtu (14/3/2020).

Pastor Lukas bahkan mengatakan, orang yang meninggal dunia pun tak bisa didoakan sebagaimana mestinya. Misa dan sakramen suci pun tak bisa dilaksanakan di Italia. Pastor juga tak bisa memberikan sakramen perminyakan untuk orang sakit.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Atur Jarak Jalan dan Duduk

Ditambah lagi, salaman tak boleh dilakukan. Tegur sapa, jarak jalan dan duduk pun harus dibatasi sejauh satu meter. Seluruh sekolah, TK hingga universitas, pusat budaya, museum juga tutup.

"Semua tidak berdaya. Entah sampai kapan ini semua berakhir?," tulis dia.

"Kami semua tinggal di dalam rumah dan memandang kota dalam keheningan, sendiri dan sedih, merana. Hanya iman yang membuat kami teguh," lanjut Pastor Lukas.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya