Liputan6.com, Jakarta - Di masa adaptasi kebiasaan baru pandemi Covid-19, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mulai gencar melakukan kunjungan kerja ke sejumlah pulau di Nusantara.
Setelah sebelumnya menginjakkan kaki di Palu, Sulawesi Tengah, kemudian Gianyar, Bali, kini mantan Bos Gojek Indonesia itu mencoba mencicipi daratan Rote di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Nadiem Makarim bertandang ke Kabupaten Rote Ndao, NT pada Rabu, (11/11/2020). Kehadirannya guna memastikan program dan kebijakan yang diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berjalan dengan baik.
Advertisement
Ia ingin melihat langsung bagaimana kondisi pembelajaran selama pandemi Covid-19 di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Ia mengatakan, kondisi di daerah tidak bisa diketahui secara langsung jika hanya dipantau dari Jakarta.
“Luar biasa. Pada saat ke lapangan, kita dapat mengetahui program-program mana yang benar sudah dirasakan dan mana yang belum,” ujar Mendikbud di Taman Kanak-kanan (TK) Negeri Pembina, Londalusi, Rote Timur.
Ada hal yang paling berkesan bagi Nadiem dalam kunjungan tersebut. Mendikbud yang biasa melihat kemajuan infrastruktur di Jakarta kini dihadapkan pada minimnya infrastruktur di NTT.
Pulau Rote menurutnya tak mempunyai infrastruktur sebaik di Pulau Jawa.
“Saya baru dari Palu, Gianyar, setelah itu saya ke Rote. Jelas sekali kelihatan infrastruktur yang belum baik, jaringan internet yang belum baik, sarana dan prasarana itu sangat besar kesenjangannya. Jadi ini yang harus benar-benar kita jembatani dan itu menjadi suatu hal yang menjadi prioritas kami,” ujar Nadiem Makarim.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Perbolehkan Belajar Tatap Muka
Dalam kesempatan ini, Mendikbud juga menyarankan agar Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, memperbolehkan pembelajaran tatap muka di sekolah dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yaitu menjaga jarak, memakai masker dan rajin cuci tangan. Mengingat Kabupaten Rote Ndao saat ini berada pada zona hijau dan kuning.
“Saya tahu adik-adik ini sudah rindu sekolah, kangen bermain bersama teman-teman, banyak juga orang tua sekarang ini yang stres membimbing anak belajar di rumah,” tutur Mendikbud.
Nadiem mengingatkan kembali kepada kepala sekolah dan guru-guru di sana bahwa berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) empat Menteri, yaitu Mendikbud, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri, keputusan mengenai pelaksanaan pembelajaran tatap muka di sekolah bagi zona hijau dan kuning berada di tangan pemerintah daerah, kepala sekolah, dan orang tua siswa.
Jika ketiga pihak tersebut menyetujui untuk melakukan sekolah tatap muka, maka boleh dilaksanakan pembelajaran tatap muka tersebut.
“Jadinya kalau zonanya hijau atau kuning, di mana Rote sudah kuning itu diperbolehkan tetapi tidak dipaksa. Itu juga tergantung orang tuanya, kepala sekolahnya, dan tetap harus mengikuti protokol kesehatan, misalnya masuknya pun harus 50 persen kapasitasnya,” ujarnya.
Di sana Nadiem melihat sendiri bagaimana keadaan para siswa. Ia pun merasa khawatir dengan kondisi orang tua yang tidak punya gawai dan jaringan internet yang tidak memadai. Berkaca dari hal itu jika pembelajaran jarak jauh (PJJ) tetap dilaksanakan, maka akan mengakibatkan peserta didik tidak belajar sama sekali.
“Saya khawatir mereka pun tidak belajar apa-apa di masa pandemi ini, karena tentunya mereka anak-anak yang ekonominya paling membutuhkan. Jadi jangan sampai anak-anak kita tertinggal,” terangnya.
Oleh karena itu, Mendikbud Nadiem berharap relaksasi yang sudah diberikan oleh pemerintah digunakan oleh pemerintah daerah dan sekolah, agar peserta didik yang tidak bisa melaksanakan PJJ segera bisa kembali belajar di sekolah.
“Jadi bagi yang benar-benar membutuhkan asal orang tuanya setuju, tolong segera anak-anak ini kembali sekolah,” ungkap Mendikbud.
Advertisement