Potensi Cuaca Ekstrem, BNPB Minta Daerah Antisipasi Banjir Bandang

Raditya Jati mengimbau masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang berdampak membawa bencana, salah satunya banjir bandang.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 22 Nov 2020, 13:49 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2020, 13:49 WIB
Antisipasi Musim Banjir Pemprov DKI Distribusikan Bantuan dan Perbanyak Posko Pengungsian
Antisipasi Musim Banjir Pemprov DKI Distribusikan Bantuan dan Perbanyak Posko Pengungsian

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, mengimbau masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem, yang berdampak membawa bencana, salah satunya banjir bandang.

Adapun, BNPB menyebut mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang disinyalir akan terjadi selama sepekan, sejak 21 hingga 27 November 2020. Dia menegaskan, selain banjir bandang, cuaca ini bisa menimbulkan bahaya hidrometerologi baik tanah longsor maupun angin kencang.

"Kita mengenal jargon kenali bahaya, kurangi risiko, sehingga masyarakat diharapkan dapat mengantisipasi dan meminimalkan dampak bencana," ujar Raditya dalam keterangannya, Minggu (22/11/2020).

Dia meminta, masyarakat dapat memanfaatkan informasi cuaca dari Badan Mateorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) lewat aplikasi di ponsel pintar.

Menurut Jati, setidaknya jika masyarakat sudah mengetahui akan terjadinya cuaca buruk, masyarakat bisa mempersiapkan diri, terlebih soal banjir. "Melalui aplikasi yang disediakan oleh BMKG, warga dapat mempersiapkan diri dan keluarga dalam menghadapi cuaca," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Wilayah Berpotensi Hadapi Cuaca Esktrem

Dia menyebut, berdasarkan keterangan dari BMKG, beberapa daerah di Tanah Air berpotensi mengalami cuaca ekstrem.

Beberapa wilayah tersebut yakni Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat dan Papua.

BMKG sendiri menginformasikan bahwa sirkulasi siklonik terpantau di Samudera Hindia barat Bengkulu dan di Laut Jawa selatan Kalimantan.

Menurut BMKG, keadaan tersebut membentuk daerah pertemuan atau perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang di perairan utara Aceh, mulai dari Sumatera Utara hingga perairan barat Bengkulu, di Selat Karimata bagian utara, Papua bagian barat hingga Maluku bagian selatan, serta dari Kalimantan Tengah hingga Selat Karimata bagian selatan.

"Kondisi ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi tersebut," ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, Sabtu (21/11/2020).

Guswanto menyampaikan, kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam sepekan ke depan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.

"Kondisi tersebut diperkuat oleh aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) dan gelombang Rossby Ekuatorial di wilayah Indonesia dalam periode sepekan ke depan," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya