Liputan6.com, Jakarta Pengamat politik SMRC Sirojudin Abbas menilai, ramainya pemberitaan yang menyebut memanasnya hubungan Ganjar Pranowo dan Puan Maharani bukan berarti bukti hubungan keduanya retak.
“Gubernur Ganjar Pranowo yang tidak diundang dalam acara yang dihadiri Puan Maharani bukan indikasi tidak harmonisnya hubungan Ganjar dengan Puan. Tapi hanya mengkonfirmasi adanya keretakan hubungan antara Ganjar dengan pengurus PDI Perjuangan Jawa Tengah,” kata Sirojudin saat dihubungi, Senin (24/5/2021).
Baca Juga
Tingginya elektabilitas Ganjar di berbagai survei menurutnya buka menjadi sumber keretakan Ganjar dengan DPD Jawa Tengah, melainkan ada hal lain.
Advertisement
“Sejauh ini saya tidak melihat keretakan ini terkait dengan elektabilitas Ganjar sebagai tokoh potensial jadi Calon Presiden yang mengungguli Puan Maharani,” ucapnya.
Justru, kata Sirojudin, yang memicu konflik dengan DPD PDIP Jateng adalah aktifnya “pencitraan” Ganjar di media dan media sosial. Padahal, menurutnya tak ada yang salah dengan aktivitas Ganjar di medsos.
“Kalau Gubernur Ganjar aktif terekspose di media dan media sosial tentu bukan fakta bahwa dia ambisius. Toh semua kepala daerah dan pejabat publik lain yang sadar media juga menggunakan semua jenis media untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Itu juga yang digunakan Ganjar dan pejabat-pejabat publik lain,” ungkapnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Wajar Berambisi Jadi Capres
Selain itu, terkait tudingan Ganjar yang sangat berambisi menjadi capres, Sirojudin menilai hal tersebut adalah hal wajar bagi seorang politikus.
“Menurut saya, biasa saja. Wajar kalau seseorang punya cita-cita tinggi. Hanya, boleh jadi, ada masalah tatakrama dan budaya yang belum terselesaikan antara Ganjar dengan Bambang Pacul sebagai pimpinan PDIP Jateng,” pungkasnya.
Advertisement