Kasus Covid-19 Melonjak, 43,9 Persen Orangtua Setuju Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

Sementara, mereka yang tidak setuju dan ragu akan PTM pada Juli 2021, sebagian besar beralasan akan kasus Covid-19 yang semakin melonjak, yakni sebesar 79,9 persen.

oleh Yopi Makdori diperbarui 13 Jul 2021, 19:21 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2021, 19:21 WIB
Uji coba pembelajaran tatap muka hari pertama
Siswa mengikuti hari pertama uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SDN Kenari 08 Pagi, Jakarta, Rabu (7/4/2021). Pemprov DKI Jakarta mulai melakukan uji coba pembelajaran tatap muka secara terbatas di 100 sekolah mulai 7 hingga 29 April 2021. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menyebut mayoritas orang tua setuju akan adanya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas pada pertengahan Juli 2021 mendatang kendati kondisi pandemi sedang menanjak. Hal itu diketahui dari survei yang dilakukan P2G terhadap para orang tua pada 5-8 Juli 2021.

Kepala Bidang Advokasi P2G, Iman Zanatul Haeri menyatakan, sebanyak 43,9 persen orang tua setuju sekolah dimulai PTM Juli 2021. Sementara 32,2 persen lainnya mengaku ragu-ragu, dan 23,9 persen menyatakan tidak setuju.

"Mayoritas orang tua setuju terhadap mulainya Pembelajaran Tatap Muka Juli 2021. Padahal kondisi kasus Covid-19 sedang meningkat tajam dengan varian baru Covid-19 yang lebih cepat menular. Angka pasien Covid-19 usia anak Indonesia juga tertinggi di dunia, 1 dari 8 pasien Covid-19 adalah anak," ujar Iman dalam keterangannya, Selasa (13/7/2021).

"Ini yang harus jadi catatan bagi orang tua. Maka dibutuhkan edukasi dan sosialisasi yang utuh dan jelas bagi orang tua," sambung dia.

Iman mengungkap sejumlah alasan orang tua lebih condong memilih PTM Terbatas ketimbang tetap Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada awal tahun ajaran baru nanti. Sebagian besar lantaran mereka mengaku anaknya mulai jenuh belajar di rumah dengan mencapai 41,3 persen. 

Sedangkan 24,7 persen mengaku anaknya hanya bermain gim di rumah, kemudian 21,2 persen akibat koneksi internet yang kerap mengalami kendala.

"9,3 persen orang tua tidak memiliki kompetensi pengajaran di rumah dan 3,5 alasan lainnya," jelas Iman.

Iman menjelaskan, alasan orang tua umumnya bersifat psikologis. Walaupun ada alasan lainnya seperti selama PJJ guru hanya memberikan tugas saja, sekolah dinilai sudah siap PTM, sekolah sudah melakukan uji coba PTM, guru sudah divaksinasi, anak sudah kangen sekolah, anak tidak bersosialisasi dengan teman baru, anak malas-malasan belajar, dan orang tua pusing melihat anak main saja.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Alasan Enggan PTM Terbatas

Sementara itu, untuk mereka yang tidak setuju dan ragu akan PTM pada Juli 2021, sebagian besar beralasa kekhawatiran akan kasus Covid-19 yang semakin melonjak, yakni sebesar 79,9 persen.

Sedangkan 21,4 persen lainnya beralasan bahwa siswa belum tuntas divaksinasi, 17,1 persen sekolah/madrasah berada di zona merah atau orange, 7 persen sekolah belum siap memenuhi fasilitas pendukung protokol kesehatan, dan 2,7 persen guru belum tuntas divaksinasi. 

"Semua alasan orang tua ini sangat rasional dan relevan dengan kondisi pandemi akhir-akhir ini," ucap Iman.

Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) baru saja melakukan Survei Nasional bertajuk "Sikap Orang Tua Terhadap Vaksinasi Anak dan Pembelajaran Tatap Muka Juli 2021" pada 5-8 Juli 2021.

Survei itu melibatkan 9.287 responden orang tua siswa di jenjang pendidikan SD/MI; SMP/MTs; SMA/SMK/MA, dari 168 kota/kabupaten dan 34 provinsi seluruh Indonesia.

Survei itu menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner semi tertutup (mixed) berbasis Web yang menggunakan aplikasi Google Form, disebarkan via aplikasi Whatsapp ke seluruh jaringan guru P2G.

Survei itu menggunakan teknik sampling acak sederhana (simple random sampling), yaitu teknik pengambilan sampel atau elemen secara acak, setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel, dengan margin of error 0,5 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya