Liputan6.com, Jakarta - Setelah Ghozali Everyday viral, banyak masyarakat Indonesia mulai tertarik dan bermain NFT. Masalahnya banyak yang salah kaprah. Karya seni yang dimasukkan dalam marketplace NFT justru foto-foto seperti makanan dan KTP.
Menurut pakar keamanan siber, Alfons Tanujaya, literasi digital masyarakat soal NFT memang masih kurang. Hanya sekadar ikut-ikutan sambil berharap meraih cuan seperti Ghazali.
Baca Juga
"Ghozali salah satu yang berhasil dalam NFT. Tapi, orang-orang tidak melihat perjuangannya di balik itu. Kemudian orang latah dan ingin mendapat keuntungan finansial seperti Ghazali, tanpa mengerti NFT itu apa," kata Alfons kepada Liputan6.com.
Advertisement
Belakangan, banyak juga yang memasukkan foto-foto vulgar dan bahkan wajah koruptor sebagai NFT. Menurut Alfons, yang terjadi saat ini memalukan Indonesia. Dan secara tidak langsung memperlihatkan bahwa orang Indonesia benar-benar tidak mengerti NFT itu apa.
"Sekarang yang dijual KTP. Ini tidak ada korelasi dengan NFT, dan melanggar hukum. Bukannya berhasil, malah jadi bahan tertawaan orang luar. Tidak ada yang mau beli."
"Jual data atau KTP itu kan biasanya di forum underground. Jadi yang sekarang bukan hanya jahat mau jual data orang lewat NFT, tapi ini bodoh juga," ucap dia.
Soal Plagiarisme
Masalah plagiarisme akan selalu ada dalam karya seni, termasuk NFT. Namun, keunggulan NFT adalah keabsahan sebuah karya bisa dilacak dengan mudah. NFT bahkan seringkali dianggap sebagai solusi terhadap plagiarisme.
"Plagiarisme dari sisi kasatmata 100 persen bisa, persis sama. Tapi untuk mengidentifikasinya tidak perlu orang pintar. Tinggal di cek di blockchain dan di metadatanya langsung kelihatan," kata Alfons.
Dosen di Universitas Prasetiya Mulya tersebut menjelaskan, NFT adalah karya seni digital dan hal yang membuatnya berharga adalah keeksklusifan dan kelangkaannya, yaitu hanya ada satu di dunia.
"Misalkan ada dua gambar sama, persis sama, satu asli dan satu lagi palsu. Secara kasatmata tidak bisa dibedakan. Tapi bisa dilihat dari blockchain-nya. Namun, soal ini memang tidak mudah dimengerti oleh banyak orang," tambahnya.
Advertisement