Cuaca Hari Ini Sabtu 6 Agustus 2022, Langit Pagi Jabodetabek Cerah Berawan

Cuaca hari ini di akhir pekan, Sabtu (6/8/2022), wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), langit paginya diperkirakan cerah berawan.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 06 Agu 2022, 06:15 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2022, 06:15 WIB
Dilanda Panas Terik, Jepang Keluarkan Peringatan Pemadaman Listrik
Orang-orang berjalan di trotoar di bawah terik matahari di Tokyo, Selasa (28/6/2022). Pejabat cuaca juga mengumumkan akhir paling awal musim hujan dalam beberapa dekade. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Cuaca hari ini di akhir pekan, Sabtu (6/8/2022), wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), langit paginya diperkirakan cerah berawan.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), di Ibu Kota sendiri, langit Jakarta seluruhnya siang hingga malam hari nanti diprediksi cerah.

Tak jauh berbeda, cuaca wilayah penyangganya yaitu Bekasi dan Depok, Jawa Barat siang nanti diperkirakan cerah berawan, lalu malam hari nanti berawan.

Sedangkan Kota, Bogor, Jawa Barat, diprediksi turun hujan dengan intensitas ringan siang nanti, namun berawan pada malam hari nanti.

Begitu pula Kota Tangerang, Banten sepanjang hari ini diperkirakan cerah berawan.

Berikut informasi prakiraan cuaca untuk wilayah Jabodetabek selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:

 Kota  Pagi  Siang  Malam
 Jakarta Barat  Cerah Berawan  Cerah  Cerah Berawan
 Jakarta Pusat  Cerah Berawan  Cerah  Cerah
 Jakarta Selatan   Cerah Berawan  Cerah  Cerah
 Jakarta Timur   Cerah Berawan  Cerah  Cerah
 Jakarta Utara   Cerah Berawan  Cerah  Cerah
 Kepulauan Seribu   Cerah Berawan  Cerah  Cerah
 Bekasi   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Depok   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Kota Bogor   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Tangerang  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

BMKG Sebut Emisi Bukan Satu-satunya Penyebab Polusi di Jakarta

Polusi Udara Selimuti Jakarta
Pemadangan saat polusi menyelimuti langit Monumen Nasional (Monas) dan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (20/6/2022). Berdasarkan data IQAir indeks kualitas udara Jakarta berada pada angka 193-196 Air Quality Index (AQI) US. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Koordinator Sub Bidang Informasi Gas Rumah Kaca BMKG Alberth Nahas mengatakan emisi kendaraan bermotor bukan menjadi satu-satunya penyebab polusi tinggi di Jakarta. Tetapi sumber energi dan industri pun turut berkontribusi di sejumlah daerah penyangga.

"Jadi selain transportasi biasanya dari sumber energi dan industri. Untuk wilayah seperti Jakarta masalah utamanya kaitannya dengan transportasi kalau macet terutama. Wilayah sekitar Jakarta, kota penyangga itu ada kawasan industri dan pembangkit listrik itu merupakan bagian yang berkontribusi (pada polusi)," kata Alberth kepada wartawan dalam acara Bicara Udara Journalist Class 2022 di Artotel Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa 19 Juli 2022.

Lebih lanjut, Alberth mengungkapkan bahwa kontribusi polusi udara pada wilayah urban ada tiga, yakni transportasi, industri, dan energi. Pasalnya ketiga bidang tersebut mengonsumsi bahan bakar penyebab polusi.

Namun, Ia menuturkan pihaknya enggan menyalahkan pihak yang paling berkontribusi dalam masalah polusi udara ini karena hal tersebut bukan kewenangan BMKG.

"Kalau dari BMKG melihat dari datanya seperti apa, kalau kemarin kondisi kualitas udara memburuk itu tertangkap sinyal di peralatan kami lalu kami mengantisipasi dari mana. Namun, BMKG tidak memiliki kewenangan untuk bicara ini salahnya siapa atau dampaknya kalau dampaknya kan ada KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) dan Kemenkes (Kementerian Kesehatan)," ungkapnya yang dikutip dari Antara.

Alberth menjelaskan BMKG hanya bisa mengonfirmasi kondisi dan mencari tahu penyebab dari masalah polusi udara.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

BMKG Ajak Masyarakat Jaga Kelestarian Alam

FOTO: Pemerintah dan DPR Bahas Persiapan Nataru
Menhub Budi Karya Sumadi (kedua kanan), Wakil Menteri PUPR John Wempi Wetipo (kanan), Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (kedua kiri) dan Kepala BNPP Marsekal Madya TNI Henri Alfiandi rapat kerja dengan Komisi V DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (1/12/2021). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengajak seluruh komponen masyarakat menjaga kelestarian alam supaya terhindar dari bencana alam akibat kencangnya laju perubahan iklim yang diperparah dengan kerusakan lingkungan.

Perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, kata dia, memicu terjadinya cuaca ekstrem yang kemudian menjadi penyebab berbagai bencana alam hidrometeorologi seperti siklon tropis, banjir, banjir bandang, tanah longsor, puting beliung, gelombang tinggi laut, dan lain sebagainya.

"Cuaca ekstrem yang intensitasnya semakin sering dan durasinya semakin panjang ini juga mengancam ketahanan pangan nasional. Karenanya, untuk menjaga produktivitasnya, kami (BMKG) terus melakukan pendampingan kepada para petani dan nelayan agar mampu memitigasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim," ujar Dwikorita saat peringatan Hari Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Nasional (HMKGN) di Jakarta, Kamis 21 Juli 2022 yang mengambil tema "SDM unggul, BMKG Andal, Indonesia Tangguh".

Risiko krisis pangan akibat cuaca ekstrem tersebut, lanjut Dwikorita, semakin diperparah dengan kondisi pasca Pandemi Covid-19 dan perang antara Rusia - Ukraina yang menganggu rantai pasok pangan dan energi global. Apabila hal ini terus dibiarkan, maka akan menjalar ke berbagai persoalan lainnya, termasuk ekonomi dan politik.

Kajian dan Analisis BMKG

Ketua BMKG Dwikorita Karnawati ikut menjadi pembuka hird Multi-Hazard Early Warning Conference di Bali pada Senin 23 Mei 2022.
Ketua BMKG Dwikorita Karnawati ikut menjadi pembuka hird Multi-Hazard Early Warning Conference di Bali pada Senin 23 Mei 2022. Turut hadir pula Mami Mazutori, ketua United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR). Dok: YouTube/World Meteorological Organization - WMO

Dwikorita menyebut saat ini sejumlah kajian menunjukkan dampak nyata perubahan cuaca ekstrem yang bersifat lokal dan global. Berdasarkan analisis hasil pengukuran suhu permukaan dari 92 Stasiun BMKG dalam 40 tahun terakhir, menunjukkan kenaikan suhu permukaan lebih nyata terjadi di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.

Di mana, Pulau Sumatera bagian timur, Pulau Jawa bagian utara, Kalimantan dan Sulawesi bagian utara mengalami trend kenaikan > 0,3℃ per dekade.

Laju peningkatan suhu permukaan tertinggi tercatat terjadi di Stasiun Meteorologi Aji Pangeran Tumenggung Pranoto, Kota Samarinda (0,5℃ per dekade). Sementara itu wilayah Jakarta dan sekitarnya suhu udara permukaan meningkat dengan laju 0,40 – 0,47℃ per dekade.

"Secara rata-rata nasional, untuk wilayah Indonesia, tahun terpanas adalah tahun 2016 yaitu sebesar 0,8 °C dibandingkan periode normal 1981-2010 (mengikuti tahun terpanas global), sementara tahun terpanas ke-2 dan ke-3 adalah tahun 2020 dan tahun 2019 dengan anomali sebesar 0,7 °C dan 0,6 °C," imbuhnya.

Analisis BMKG tersebut, lanjut Dwikorita, senada dalam laporan Status Iklim 2021 (State of the Climate 2021) yang dirilis Badan Meteorologi Dunia (WMO) bulan Mei 2022 yang lalu. WMO menyatakan bahwa hingga akhir 2021, suhu udara permukaan global telah memanas sebesar 1,11 °C* dari baseline suhu global periode pra-industri (1850-1900), dimana tahun 2021 adalah tahun terpanas ke-3 setelah tahun 2016 dan 2020.

WMO, kata dia, juga menyebutkan dekade terakhir 2011-2020, adalah rekor dekade terpanas suhu di permukaan bumi. Lonjakan suhu pada tahun 2016 dipengaruhi oleh variabilitas iklim yaitu fenomena El Nino kuat, sementara itu terus meningkatnya suhu permukaan pada dekade-dekade terakhir yang berurutan merupakan perwujudan dari pemanasan global.

Jaga Alam Kita

Tim Mitigasi UGM
Rektor UGM Dwikorita Karnawati menggelar konferensi pers mengenai penelitian Tim Mitigasi Bencana Longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. (Liputan6.com/Yanuar H)

Dalam peringatan HMKGN tahun ini, Dwikorita kembali menekankan pentingnya kesadaran umat manusia bahwa betapa seriusnya dampak perubahan iklim baik terhadap Indonesia dan dunia. Kawasan Indonesia sendiri mengalami peningkatan suhu dalam kisaran 1 °C dan dapat bertambah mencapai 3 °C di akhir abad ini.

"Peningkatan 1 derajat Celcius saja dapat berdampak cuaca ekstrem seperti siklon tropis, hujan ekstrem, angin kencang/puting beliung, gelombang tinggi, yang dapat memicu banjir, banjir bandang, tanah longsor dan bencana hidrometeorologi lainnya. Jika tidak ditahan laju pemanasan di Indonesia dan global, bahkan dapat mencapai 3 derajat Celcius pada akhir abad 21.

"Ini adalah masalah yang sangat serius. Kuncinya, mari kita bersama-sama melakukan penghijauan masif, menggunakan transportasi publik, mengubah energi fosil ke energi terbarukan dan melakukan langkah-langkah pelestarian lingkungan, penghijauan, penanaman mangrove, dan lain sebagainya," tambahnya.

"Kuncinya yaitu kita jaga alam kita. Tidak kita rusak, kita hijaukan, penghijauan makin digalakkan, penanaman mangrove, menghutankan kembali, dan kita jaga laju kenaikan suhu udara di permukaan dan muka air laut agar menahan frekuensi kejadian bencana hidrometeorologi," kata dia.

Dwikorita juga mengingatkan setiap pemangku kepentingan agar dapat memberikan perannya dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (karbon). Hal ini mensyaratkan masyarakat untuk juga mulai mengurangi penggunaan energi fosil, bertransfomasi ke energi hijau, dan lebih banyak menggunakan transportasi publik. 

Infografis Cuaca Ekstrem, Jakarta Siaga Banjir Besar? (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Cuaca Ekstrem, Jakarta Siaga Banjir Besar? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya