Cuaca Hari Ini Jumat 5 Agustus 2022, Pagi Jabodetabek Cerah Berawan

Cuaca hari ini jelang akhir pekan, Jumat (5/8/2022), pagi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) langitnya diprediksi cerah berawan.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 05 Agu 2022, 06:15 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2022, 06:15 WIB
Ilustrasi cuaca panas
Ilustrasi cuaca panas. Sumber foto: unsplash.com/Maxime Bhm.

Liputan6.com, Jakarta - Cuaca hari ini jelang akhir pekan, Jumat (5/8/2022), pagi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) langitnya diprediksi cerah berawan.

Namun siang hingga malam hari nanti di Jabodetabek berbeda, dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Di Ibu Kota, wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur diperkirakan turun hujan berintensitas ringan siang hari nanti, sisanya berawan serta cerah berawan.

Lalu malam hari nanti, cuaca Jakarta seluruhnya diprediksi kembali berawan dan cerah berawan.

Untuk wilayah penyangganya yaitu Bekasi dan Depok, Jawa Barat, siang hari diperkirakan cerah berawan, lalu berawan pada malam nanti.

Sedangkan Kota Bogor, Jawa Barat, siang hari nanti diprediksi diguyur hujan ringan, namun malam nanti kembali berawan.

Di Kota Tangerang, siang hari juga diperkirakan cerah berawan, lalu berawan pada malam nanti.

Berikut informasi prakiraan cuaca untuk wilayah Jabodetabek selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:

 Kota  Pagi  Siang  Malam
 Jakarta Barat  Cerah Berawan  Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Pusat   Cerah Berawan  Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Selatan   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Jakarta Timur   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Jakarta Utara   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Kepulauan Seribu   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Bekasi   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Depok   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Kota Bogor   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Tangerang  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

BMKG Sebut Emisi Bukan Satu-satunya Penyebab Polusi di Jakarta

Kendaraan Bermotor Penyebab Polusi Udara Jakarta
Suasana arus lalu lintas di Jalan Sudirman, Jakarta, Rabu (20/7/2022). Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyatakan sebanyak 75 persen polusi udara di Ibu Kota berasal dari emisi kendaraan bermotor roda dua dan roda empat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Koordinator Sub Bidang Informasi Gas Rumah Kaca BMKG Alberth Nahas mengatakan emisi kendaraan bermotor bukan menjadi satu-satunya penyebab polusi tinggi di Jakarta. Tetapi sumber energi dan industri pun turut berkontribusi di sejumlah daerah penyangga.

"Jadi selain transportasi biasanya dari sumber energi dan industri. Untuk wilayah seperti Jakarta masalah utamanya kaitannya dengan transportasi kalau macet terutama. Wilayah sekitar Jakarta, kota penyangga itu ada kawasan industri dan pembangkit listrik itu merupakan bagian yang berkontribusi (pada polusi)," kata Alberth kepada wartawan dalam acara Bicara Udara Journalist Class 2022 di Artotel Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa 19 Juli 2022.

Lebih lanjut, Alberth mengungkapkan bahwa kontribusi polusi udara pada wilayah urban ada tiga, yakni transportasi, industri, dan energi. Pasalnya ketiga bidang tersebut mengonsumsi bahan bakar penyebab polusi.

Namun, Ia menuturkan pihaknya enggan menyalahkan pihak yang paling berkontribusi dalam masalah polusi udara ini karena hal tersebut bukan kewenangan BMKG.

"Kalau dari BMKG melihat dari datanya seperti apa, kalau kemarin kondisi kualitas udara memburuk itu tertangkap sinyal di peralatan kami lalu kami mengantisipasi dari mana. Namun, BMKG tidak memiliki kewenangan untuk bicara ini salahnya siapa atau dampaknya kalau dampaknya kan ada KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) dan Kemenkes (Kementerian Kesehatan)," ungkapnya yang dikutip dari Antara.

Alberth menjelaskan BMKG hanya bisa mengonfirmasi kondisi dan mencari tahu penyebab dari masalah polusi udara.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

BMKG Ajak Masyarakat Jaga Kelestarian Alam

Tim Mitigasi UGM
Rektor UGM Dwikorita Karnawati menggelar konferensi pers mengenai penelitian Tim Mitigasi Bencana Longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. (Liputan6.com/Yanuar H)

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengajak seluruh komponen masyarakat menjaga kelestarian alam supaya terhindar dari bencana alam akibat kencangnya laju perubahan iklim yang diperparah dengan kerusakan lingkungan.

Perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, kata dia, memicu terjadinya cuaca ekstrem yang kemudian menjadi penyebab berbagai bencana alam hidrometeorologi seperti siklon tropis, banjir, banjir bandang, tanah longsor, puting beliung, gelombang tinggi laut, dan lain sebagainya.

"Cuaca ekstrem yang intensitasnya semakin sering dan durasinya semakin panjang ini juga mengancam ketahanan pangan nasional. Karenanya, untuk menjaga produktivitasnya, kami (BMKG) terus melakukan pendampingan kepada para petani dan nelayan agar mampu memitigasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim," ujar Dwikorita saat peringatan Hari Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Nasional (HMKGN) di Jakarta, Kamis 21 Juli 2022 yang mengambil tema "SDM unggul, BMKG Andal, Indonesia Tangguh".

Risiko krisis pangan akibat cuaca ekstrem tersebut, lanjut Dwikorita, semakin diperparah dengan kondisi pasca Pandemi Covid-19 dan perang antara Rusia - Ukraina yang menganggu rantai pasok pangan dan energi global. Apabila hal ini terus dibiarkan, maka akan menjalar ke berbagai persoalan lainnya, termasuk ekonomi dan politik.

Kajian dan Analisis BMKG

DPR Minta Penjelasan Pemerintah Terkait Jatuhnya Lion Air PK-LQP
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat rapat kerja (raker) dengan Komisi V DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (22/11). Rapat membahas berbagai hal mengenai jatuhnya Lion Air PK-LQP. (Liputan6.com/JohanTallo)

Dwikorita menyebut saat ini sejumlah kajian menunjukkan dampak nyata perubahan cuaca ekstrem yang bersifat lokal dan global. Berdasarkan analisis hasil pengukuran suhu permukaan dari 92 Stasiun BMKG dalam 40 tahun terakhir, menunjukkan kenaikan suhu permukaan lebih nyata terjadi di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.

Di mana, Pulau Sumatera bagian timur, Pulau Jawa bagian utara, Kalimantan dan Sulawesi bagian utara mengalami trend kenaikan > 0,3℃ per dekade.

Laju peningkatan suhu permukaan tertinggi tercatat terjadi di Stasiun Meteorologi Aji Pangeran Tumenggung Pranoto, Kota Samarinda (0,5℃ per dekade). Sementara itu wilayah Jakarta dan sekitarnya suhu udara permukaan meningkat dengan laju 0,40 – 0,47℃ per dekade.

"Secara rata-rata nasional, untuk wilayah Indonesia, tahun terpanas adalah tahun 2016 yaitu sebesar 0,8 °C dibandingkan periode normal 1981-2010 (mengikuti tahun terpanas global), sementara tahun terpanas ke-2 dan ke-3 adalah tahun 2020 dan tahun 2019 dengan anomali sebesar 0,7 °C dan 0,6 °C," imbuhnya.

Analisis BMKG tersebut, lanjut Dwikorita, senada dalam laporan Status Iklim 2021 (State of the Climate 2021) yang dirilis Badan Meteorologi Dunia (WMO) bulan Mei 2022 yang lalu. WMO menyatakan bahwa hingga akhir 2021, suhu udara permukaan global telah memanas sebesar 1,11 °C* dari baseline suhu global periode pra-industri (1850-1900), dimana tahun 2021 adalah tahun terpanas ke-3 setelah tahun 2016 dan 2020.

WMO, kata dia, juga menyebutkan dekade terakhir 2011-2020, adalah rekor dekade terpanas suhu di permukaan bumi. Lonjakan suhu pada tahun 2016 dipengaruhi oleh variabilitas iklim yaitu fenomena El Nino kuat, sementara itu terus meningkatnya suhu permukaan pada dekade-dekade terakhir yang berurutan merupakan perwujudan dari pemanasan global.

Jaga Alam Kita

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati berbicara agar tak mudah percaya hoaks. (Foto: Giovani Dio P/Liputan6.com)
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati berbicara agar tak mudah percaya hoaks. (Foto: Giovani Dio P/Liputan6.com)

Dalam peringatan HMKGN tahun ini, Dwikorita kembali menekankan pentingnya kesadaran umat manusia bahwa betapa seriusnya dampak perubahan iklim baik terhadap Indonesia dan dunia. Kawasan Indonesia sendiri mengalami peningkatan suhu dalam kisaran 1 °C dan dapat bertambah mencapai 3 °C di akhir abad ini.

"Peningkatan 1 derajat Celcius saja dapat berdampak cuaca ekstrem seperti siklon tropis, hujan ekstrem, angin kencang/puting beliung, gelombang tinggi, yang dapat memicu banjir, banjir bandang, tanah longsor dan bencana hidrometeorologi lainnya. Jika tidak ditahan laju pemanasan di Indonesia dan global, bahkan dapat mencapai 3 derajat Celcius pada akhir abad 21.

"Ini adalah masalah yang sangat serius. Kuncinya, mari kita bersama-sama melakukan penghijauan masif, menggunakan transportasi publik, mengubah energi fosil ke energi terbarukan dan melakukan langkah-langkah pelestarian lingkungan, penghijauan, penanaman mangrove, dan lain sebagainya," tambahnya.

"Kuncinya yaitu kita jaga alam kita. Tidak kita rusak, kita hijaukan, penghijauan makin digalakkan, penanaman mangrove, menghutankan kembali, dan kita jaga laju kenaikan suhu udara di permukaan dan muka air laut agar menahan frekuensi kejadian bencana hidrometeorologi," kata dia.

Dwikorita juga mengingatkan setiap pemangku kepentingan agar dapat memberikan perannya dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (karbon). Hal ini mensyaratkan masyarakat untuk juga mulai mengurangi penggunaan energi fosil, bertransfomasi ke energi hijau, dan lebih banyak menggunakan transportasi publik. 

Infografis Waspada Cuaca Ekstrem di Indonesia
Infografis Waspada Cuaca Ekstrem di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya