Liputan6.com, Jakarta - Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) meminta Indonesia menginisiasi upaya bersama, dalam menyeret pelaku beserta otak dan aktor intelektual pembantaian ratusan mahasiswa dan muslim Uighur dalam Tragedi Berdarah Urumqi 5 Juli 2009 ke Mahkamah Internasional.
“Upaya bersama yang diinisiasi oleh Indonesia sepatutnya diikuti oleh negara-negara dunia. Ini harus dilakukan agar korban dan keluarga korban Tragedi Berdarah Urumqi segera mendapatkan keadilan atas peritiwa,” kata Peneliti senior CENTRIS, AB Solissa dalam keterangan pers diterima, Sabtu (8/7/2023).
CENTRIS berpandangan, kejahatan kemanusiaan yang terjadi dalam Tragedi Berdarah Urumqi dapat segera dibawa ke PBB, dengan sejumlah bukti kuat. Salah satunya, pengakuan saksi hidup, yakni orang-orang Uighur yang berhasil lolos dari peristiwa pembantaian tersebut.
Advertisement
“Berbagai media mereka mengaku melihat langsung pembantaian yang dilakukan polisi dan tentara China, serta pembunuhan secara membabi-buta oleh orang-orang Suku Han terhadap muslim Uighur di Urumqi. Ini bisa jadi novum baru,” jelas AB Solissa.
CENTRIS yakin, berdasarkan keterangan para saksi diperoleh info jika polisi dan tentara setempat dengan cepat membersihkan sisa-sisa pembantaian, sehingga keesokan harinya lokasi tewasnya ratusan muslim Uighur telah bersih dari sisa-sisa tubuh maupun darah korban.
“CENTRIS menduga Tragedi Urumqi adalah titik awal upaya China untuk mereduksi atau melakukan program genosida muslim Uighur, mengingat populasi muslim Uighur dan kertertarikan masyarakat China akan Islam semakin tinggi,” AB Solissa menutup.
Latar Belakang Tragedi Urumqi
Diketahui, Tragedi Berdarah Urumqi berawal dari tewasnya dua pria muslim Uighur dengan sangat mengenaskan akibat dikeroyok massa. Diketahui, emosi massa dipicu isu bahwa keduanya telah memperkosa seorang wanita suku Han (asli Tiongkok) di Shaoguan China.
Video detik-detik serangan penyiksaan hingga tewasnya dua pria Uighur tersebut sengaja disebar antek Komunis China ke media sosial.Langkah tersebut diduga jadi cara antek Komunis China membuat ketegangan memuncak sehingga korban tewas dan terluka semakin bertambah.
Berdasarkan laporan Wartawan Guardian di tempat kejadian, jumlah korban tewas lebih dari 30 orang Uighur, sementara data dari The China Project menyebut 36 orang tewas dan 126 lainnya terluka. Namun angka itu berbeda dengan keterangan otoritas China yang mengklaim hanya dua orang muslim Uighur yang tewas dalam insiden 25 Juni 2009.
Karena hal tersebut, rasa keprihatinan para mahasiswa dan warga muslim Uighur di Urumqi terpantik. Mereka pun melakukan aksi damai menuntut pemerintah menyeret pelaku pembunuhan serta membuka tabir peristiwa tersebut.
Celakanya, aksi damai mahasiswa dan warga muslim Uighur 5 Juli 2009 dijawab Beijing dengan memerintahkan polisi dan tentara untuk melepaskan tembakan ke arah massa, sehingga memicu kerusuhan.Imbasnya, 197 orang yang disebut mayoritas warga suku Han tewas dan 700 orang lainnya terluka dalam kerusuhan tersebut.
Sekretaris Partai Komunis China di Xinjiang, Wang Lequan membuat pernyaataan provokatif di tv nasional dan mendesak Suku Han membalaskan dendam terhadap tindakan muslim Uighur. Provokasi Wang Lequan pun membuat Suku Han mengamuk di Urumqi demi membalaskan dendam terhadap Uighur.
Advertisement