Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto nampak bertemu dan mengobrol dengan keluarga Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Pertemuan itu terjadi usai sidang tahunan di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu (16/8/2023).
Prabowo ikut membantu istri Gus Dur, Sinta Nuriyah ketika naik mobil saat akan meninggalkan gedung DPR. Ia bahkan sempat mencium tangan Sinta Nuriyah. Melihat hal tersebut, Yenny Wahid pun ikut tertawa.
Baca Juga
Prabowo mengaku ingin bertemu lagi dengan Yenny dalam pertemuan yang lebih mumpuni. "Mau ketemu lagi," kata Prabowo.
Advertisement
Namun, Prabowo belum membeberkan kapan pertemuan tersebut akan terlaksana. Ia mengaku agenda tersebut masih dijadwalkan. "Sedang dibicarakan," ucapnya.
Sebelumnya, Yenny mengaku siap jika dilamar menjadi cawapres dari tiga capres yang ada.
"Tentunya harus siap, harus bersedia, harus menyiapkan diri. Tentunya harus menyiapkan diri," kata Yenny Wahid.
Sebelumnya Bakal Capres 2024 Ganjar Pranowo sowan ke istri Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Sinta Nuriyah, di Ciganjur, Jakarta Selatan, Minggu (13/8/2023) malam.
Kepada Sinta, Ganjar mengaku menjadikan sosok Gus Dur dan Abdul Wahid Hasyim (ayah Gus Dur) sebagai inspirasi dalam bernegara.
"Pertama, terkait hukum, seperti diceritakan Gus Dur dalam tulisannya, hukum positif yang berlaku di Indonesia telah mengakomodasi aspek penting dalam hukum Islam atau syariat di dalamnya, yaitu ketahanan (deterrence)," kata Ganjar dalam siaran tertulisnya, Minggu.
Gubernur Jawa Tengah itu dan Sinta salah satunya membahas soal hukum positif. Dia mengatakan, ke depan, hukum positif perlu adil dan bisa ditegakkan tanpa pandang bulu seperti yang dicita-citakan Gus Dur dan Wahid Hasyim.
"Bukan tumpul ke bawah dan tajam ke atas, kemudian menjadi kunci keberhasilan negara atas rakyatnya. Dalam hal ini, adalah mewujudkan baldatun thoyibatun wa rabun ghofur," kata Ganjar.
Â
Belajar dari Gus Dur
Dia juga mengaku belajar dari Gus Dur dan Wahid Hasyim untuk menerima Pancasila sebagai azas tunggal.
"Dengan begitu, kata Gus Dur, perjuangan-perjuangan memakmurkan dan memajukan Indonesia seperti amanat dalam lima sila Pancasila bisa diwujudkan. Khususnya terkait mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia," ujar Ganjar.
Keduanya juga membahas soal hukum Islam. Ganjar mengakui sempat tidak memahami maqashidu syar’iah atau maksud-maksud hukum Islam.
"Dari tulisan dan pemikiran Gus Dur, lah saya mengetahuinya. Bahwa di dalamnya ada unsur hifzul mal (menjaga harta), hifzul nafs (menjaga jiwa), hifzul din (menjaga agama), hifzul aql (menjaga akal), dan hifzul nasl (menjaga keturunan)," kata Ketua Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) itu.
"Semua unsur itu seperti diungkapkan Gus Dur yang menjadi dasar ulama-ulama NU, termasuk Kiai Wahid Hasyim untuk kemudian memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sebab, semua hal tersebut mustahil terwujud di bawah penjajahan," lanjut dia.
Advertisement