6 Fakta Terkait Peringatan Hari AIDS Sedunia yang Jatuh Setiap Tahunnya pada 1 Desember

Setiap tahunnya pada 1 Desember diperingati sebagai Hari Aids Sedunia. Peringatan ini menjadi pengingat sekaligus untuk meningkatkan kesadaran tentang HIV/AIDS kepada masyarakat internasional.

oleh Devira PrastiwiRahma Vania Indriani Putri diperbarui 02 Des 2023, 10:56 WIB
Diterbitkan 02 Des 2023, 10:50 WIB
Setiap tahunnya pada 1 Desember diperingati sebagai Hari Aids Sedunia. Peringatan ini menjadi pengingat sekaligus untuk meningkatkan kesadaran tentang HIV/AIDS kepada masyarakat internasional.
Setiap tahunnya pada 1 Desember diperingati sebagai Hari Aids Sedunia. Peringatan ini menjadi pengingat sekaligus untuk meningkatkan kesadaran tentang HIV/AIDS kepada masyarakat internasional. (Photo Copyright by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Setiap tahunnya pada 1 Desember diperingati sebagai Hari Aids Sedunia. Peringatan ini menjadi pengingat sekaligus untuk meningkatkan kesadaran tentang HIV/AIDS kepada masyarakat internasional.

Mengapa begitu? Sebab, HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan sebuah virus yang masih menjadi perhatian kesehatan global. Diketahui, virus tersebut bisa menyerang sistem kekebalan tubuh di dalam manusia dan memicu penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS.

AIDS merupakan merupakan penyakit di mana seseorang yang terkena HIV sudah dalam tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah terkena AIDS tubuh penderitanya tidak mempunyai kemampuan dalam melawan infeksi yang ditimbulkan.

Oleh karena itu, peringatan Hari AIDS Sedunia menjadi penting untuk diperingati terutama dalam meningkatkan kesadaran publik. Melansir dari situs resmi UNAIDS, peringatan Hari AIDS Sedunia untuk mengenang mereka yang meninggal karena penyakit terkait AIDS.

UNAIDS berharap adanya peringatan ini juga bisa mengingatkan seluruh masyarakat di dunia akan bahayanya penyakit tersebut. Lalu bagaimanakah sebenarnya sejarah adanya Hari AIDS Sedunia ini?

Melansir National Today, peringatan Hari AIDS Sedunia 1 Desember berawal ketika dua orang humas dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengajukan peringatan tersebut kepada Direktur Program Global. Diketahui dua orang humas tersebut bernama James Bunn dan Thomas Netter.

Melalui pengajuan tersebut akhirnya peringatan Hari AIDS Sedunia ditetapkan pada tanggal 1 Desember oleh WHO. Alasan dipilihnya tanggal tersebut karena bertepatan dengan libur natal.

Sementara itu, Perayaan Hari AIDS Sedunia juga identik dengan simbol pita merah dalam setiap kampanyenya. Mengapa begitu? Mengutip dari worldaidsday.org, munculnya ide simbol pita merah sudah ada sejak 1991, yakni tiga tahun setelah Hari AIDS Sedunia digagas pada 1988. Kesepakatan penggunaan simbol pita merah ini juga lahir satu dekade setelah munculnya HIV.

Berikut sederet fakta terkait sejarah di balik peringatan Hari AIDS Sedunia yang diperingati pada 1 Desember setiap tahunnya dihimpun Liputan6.com:

 

1. Sejarah Hari AIDS Sedunia

Ilustrasi HIV/AIDS
Ilustrasi HIV/AIDS. (Image by Gerd Altmann from Pixabay)

Melansir National Today, Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan dapat ditularkan dari manusia satu ke manusia lainnya. Penyakit tersebut bisa ditularkan melalui kontak fisik salah satunya berhubungn intim.

Ada banyak orang-orang yang meninggal dunia dikarenakan penyakit AIDS tersebut di seluruh dunia. Sementara itu, hingga saat ini, penyakit HIV atau AIDS belum hilang dan belum ditemukan obatnya.

Sehingga masyarakat sekitar dan pemerintah tidak pernah berhenti untuk melakukan kampanye terkait penyakit tersebut terutama sebagai pengetahuan kepada masyarakat awam.

Peringatan Hari AIDS Sedunia menjadi salah satu contoh untuk terus memberikan informasi terkait penyakit tersebut dan mendukung para penderitanya.

Sementara itu, peringatan Hari AIDS Sedunia berawal ketika dua orang humas dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengajukan peringatan tersebut kepada Direktur Program Global. Diketahui dua orang humas tersebut bernama James Bunn dan Thomas Netter.

Melalui pengajuan tersebut akhirnya peringatan Hari AIDS Sedunia ditetapkan pada tanggal 1 Desember oleh WHO. Alasan dipilihnya tanggal tersebut karena bertepatan dengan libur natal.

Saat itu, tanggal 1 Desember juga merupakan waktu berakhirnya pemilu Amerika Serikat yang diharapkan bisa mendapatkan perhatian dari media barat. Kemudian, pada 1996 Hari AIDS Sedunia diambil alih oleh UNAIDS sebagai lembaga PBB.

Diharapkan dengan hal tersebut penyebaran jaringan dan informasi terkait AIDS kepada dunia akan jauh lebih luas.

 

2. AIDS dan Penyebabnya

Ilustrasi HIV/Aids (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)
Ilustrasi HIV/Aids (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Melansir dari situs resmi Kemenkes, HIV atau Human Immunodeficiency Virus dan AIDS adalah kondisi kesehatan yang harus diketahui oleh masyarakat luas. HIV merupakan virus yang bisa menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.

Virus tersebut bisa mengganggu kemampuan di dalam tubuh manusia untuk melawan infeksi dan penyakit. Jika HIV tidak diobati dengan benar maka bisa berpotensi dan berkembang menjadi penyakit AIDS.

AIDS merupakan penyakit akibat infeksi HIV yang berkembang dan membuat sistem kekebalan tubuh penderitanya menjadi sangat lemah. Bahkan tubuh penderitanya menjadi rentan terkena berbagai infeksi dan penyakit serius.

Adapun berikut ini adalah beberapa tanda hingga gejala HIV yang umum muncul pada tahap awal infeksi:

1. Sariawan

2. Sakit Kepala

3. Kelelahan

4. Radang tenggorokan

5. Hilang nafsu makan

6. Nyeri otot

7. Ruam

8. Pembengkakan kelenjar getah bening

9. Berkeringat pada malam hari

 

3. Asal-usul Simbol Pita Merah

Ilustrasi penyakit HIV AIDS
Ilustrasi penyakit HIV AIDS. (Photo by jcomp on Freepik)

Perayaan Hari AIDS Sedunia ini identik dengan simbol pita merah dalam setiap kampanyenya.

Mengutip dari worldaidsday.org, munculnya ide simbol pita merah sudah ada sejak 1991, yakni tiga tahun setelah Hari AIDS Sedunia digagas pada 1988. Kesepakatan penggunaan simbol pita merah ini juga lahir satu dekade setelah munculnya HIV.

Kala itu, sebuah organisasi seni kesadaran HIV di New York, Visual AIDS, berkumpul di sebuah galeri di East Village, New York. Organisasi yang terdiri dari beberapa seniman itu membahas proyek untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap HIV/AIDS dan dukungan untuk para ODHA.

Dalam pertemuan itu, disepakati penggunaan pita merah sebagai simbol di setiap peringatan Hari AIDS Sedunia. Ide tersebut muncul dari simbol pita kuning yang digunakan sebagai bentuk dukungan bagi anggota militer AS yang berjuang di Perang Teluk.

Warna merah dipilih karena merupakan tanda keberanian. Selain itu, warna merah juga menyiratkan gairah, hati, dan cinta.

Para seniman dalam pertemuan tersebut kemudian membuat pita merah yang membentuk lengkungan. Bentuk tersebut melambangkan jantung hati atau cinta. Mereka kemudian membagikan pita di sekitar galeri seni New York. Tak lupa, mereka juga membagikan informasi terkait makna pita yang mereka gunakan.

Tak butuh waktu lama, penggunaan pita merah sebagai simbol solidaritas untuk ODHA pun ditemukan di beberapa titik, salah satunya di red carpet Piala Oscar.

Pita merah juga dibagikan di Freddie Mercury Tribute Concert di Stadion Wembley, London, Inggris, pada 1992. Saat itu, sekitar 100 ribu pita merah dibagikan ke penonton.

Sejak saat itu, pita merah dikenal sebagai simbol HIV/AIDS di seluruh dunia. Hingga kini, pita merah telah menjadi simbol dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap HIV/AIDS, termasuk dalam peringatan Hari AIDS Sedunia.

 

4. Tema Hari AIDS Sedunia Tahun 2023

Ilustrasi Hari AIDS Sedunia
Ilustrasi Hari AIDS Sedunia. (Image by Freepik)

Peringatan Hari AIDS Sedunia direncanakan dengan tema berbeda setiap tahunnya.

Pada tahun ini, UNAIDS, badan PBB yang berdedikasi untuk mempromosikan aksi global yang komprehensif dan terkoordinasi terhadap AIDS, telah mengadopsi tema ‘Let Communities Lead’. Pada halaman web badan PBB tersebut, dipaparkan wawasan tentang alasan di balik pemilihan tema khusus ini untuk tahun ini.

Tema tersebut mengakui bahwa perubahan yang berarti bukanlah hasil dari momen tunggal, melainkan sebuah gerakan yang berkelanjutan. Hal ini menggarisbawahi pentingnya memberdayakan dan mempercayakan masyarakat untuk memimpin upaya yang sedang berlangsung melawan HIV/AIDS.

Dalam laporan tahunan Hari AIDS Sedunia yang dirilis pada Selasa 28 November 2023, UNAIDS menekankan bahwa pencapaian "pengakhiran AIDS" pada tahun 2030 masih dapat dicapai jika masyarakat dan layanan penting diberikan sumber daya yang diperlukan.

"Dunia dapat mengakhiri AIDS, dengan komunitas yang memimpin. Organisasi komunitas yang hidup dengan, berisiko, atau terkena dampak HIV adalah garis depan kemajuan dalam respons HIV. Komunitas menghubungkan masyarakat dengan layanan kesehatan publik yang berpusat pada masyarakat, membangun kepercayaan, berinovasi, memantau implementasi kebijakan dan layanan, dan menjaga akuntabilitas penyedia layanan," bunyi pernyataan UNAIDS.

 

5. Sebanyak 40,4 Juta Orang Meninggal Akibat HIV dan Penularan di Dunia Masih Berlanjut

[Bintang] Hari Aids Sedunia, Netizen Ramaikan Medsos dengan #SayaBerani
Peringati Hari Aids Sedunia, netizen ramaikan media sosial (medsos) dengan tagar atau hashtag #SayaBerani. (Foto: guardian.ng)

Hari AIDS Sedunia diperingati secara global pada tanggal 1 Desember setiap tahun untuk menyebarkan kesadaran tentang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), suatu kondisi yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Hari peringatan tersebut menjadi kesempatan untuk menggalang solidaritas dunia, mulai dari sosialisasi pencegahan AIDS ke masyarakat hingga memberikan dukungan bagi para penderita.

Dilansir CNBCTV18, Jumat 1 Desember 2023, penetapan tanggal 1 Desember sebagai Hari AIDS Sedunia sendiri dimulai pada tahun 1988, ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikannya sebagai peringatan global.

Tujuan utamanya adalah memberikan platform bagi pemerintah, organisasi, dan individu untuk menciptakan kesadaran dan secara kolektif mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh HIV/AIDS.

Khususnya, hal ini menandai dimulainya Hari Kesehatan Global yang pertama, yang menandakan kemajuan signifikan dalam perjuangan melawan epidemi ini.

Hingga hari ini, HIV masih menjadi masalah kesehatan masyarakat global utama, yang telah merenggut 40,4 juta nyawa dengan penularan yang terus berlanjut di seluruh dunia. Selain itu, berikut ini sejumlah fakta terkini mengenai HIV, dikutip dari data WHO:

Diperkirakan terdapat 39 juta orang yang hidup dengan HIV pada akhir tahun 2022, dua pertiganya (25,6 juta jiwa) berada di wilayah Afrika.

Pada tahun 2022, 630.000 orang meninggal karena penyebab terkait HIV dan 1,3 juta orang tertular HIV.

Hingga saat ini masih tidak ada obat untuk infeksi HIV. Namun, dengan adanya akses terhadap pencegahan, diagnosis, pengobatan dan perawatan HIV yang efektif, termasuk infeksi oportunistik, infeksi HIV telah menjadi kondisi kesehatan kronis yang dapat dikelola, sehingga memungkinkan orang yang hidup dengan HIV untuk berumur panjang dan sehat.

Pada tahun 2025, 95 persen dari seluruh orang yang hidup dengan HIV (ODHIV) seharusnya sudah terdiagnosis. Sementara itu, 95 persen dari para penderita harus memakai pengobatan antiretroviral (ART) yang dapat menyelamatkan nyawa mereka.

Tak sekadar memperingati secara simbolis, Hari AIDS Sedunia menjadi katalisator untuk menarik perhatian terhadap tantangan yang terus-menerus ditimbulkan oleh HIV/AIDS dan menggalang dukungan untuk isu-isu terkait.

Peringatan ini diharapkan bisa memberdayakan individu untuk terlibat dalam upaya pendidikan, menumbuhkan kesadaran tentang aspek-aspek penting seperti penularan HIV, pencegahan, tes, pengobatan, dan stigma serta diskriminasi yang dihadapi oleh mereka yang terinfeksi virus tersebut.

Lebih jauh, peringatan Hari AIDS Sedunia memainkan peran penting dalam memobilisasi upaya kolektif menuju respons yang lebih terinformasi dan penuh kasih terhadap tantangan yang ditimbulkan oleh HIV/AIDS di seluruh dunia.

 

6. Komunitas Berperan Vital Dalam Dukung Ketersediaan dan Akses Obat HIV

Ilustrasi peringatan Hari AIDS Sedunia
Ilustrasi peringatan Hari AIDS Sedunia. (Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay)

Direktur UNAIDS untuk Indonesia Tina Boonto mengatakan bahwa komunitas punya peran vital dalam penanganan HIV AIDS. Mulai dari kampanye hingga membantu orang dengan HIV mendapatkan pengobatan yang baik.

Tina mengatakan dalam lebih dari 40 tahun peran komunitas terbukti krusial. Maka dari itu, Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk program-program HIV/AIDS ini mengangkat tema pada Hari AIDS Sedunia 2023 bertajuk "Let the community lead" atau "Biarkan komunitas yang memimpin."

"Aktivisme komunitas selama lebih dari 40 tahun ini telah berhasil membuat breakthroughs dalam respons HIV, misalnya dalam memastikan life-saving medicines tersedia dan dapat diakses," kata Tina pada peringatan Hari AIDS Sedunia 2023, di Jakarta ditulis 1 Desember 2023.

Seperti diketahui, salah satu pengobatan yang penting bagi orang dengan HIV (ODHIV) adalah obat antiretroviral (ARV). Obat ini merupakan bagian dari pengobatan HIV untuk mengurangi risiko penularan serta menurunkan jumlah virus (virus load) dalam darah.

Bentuk dukungan komunitas juga mendorong agar kelompok berisiko mengonsumsi Pre-Exposure Profilaksis atau PrEP. Dengan mengonsumsi tablet tersebut sehari sekali dapat melindungi seseorang yang berisiko HIV seperti pasangan dari ODHIV dari penularan virus tersebut.

Menurut Tina, penggunaan PrEP ini terbukti cukup efektif dengan dorongan komunitas. Hingga saat ini, jumlah PrEP user telah mencapai 8 ribu bahkan tahun depan PrEP akan tersedia di 95 wilayah di Indonesia.

"Komunitas punya peran penting dalam advokasi dan penjangkaun yang luas terhadap program PrEP. Hal ini terlihat dari Januari hingga Oktober 2023, dengan adanya PrEP champion telah berhasil ajak 1,277 orang untuk akses PrEP, baik yang dirujuk dari Rujukan Statis, Rujukan Mobile PrEP, Referal test JKT, Referal Saya Berani, dan Tanya Marlo," sebut Tina.

Tina juga mengungkapkan bahwa kehadiran komunitas bisa membantu mengkahiri AIDS di dunia. Asalkan, komunitas diberi ruang untuk memimpin dalam setiap perencanaan dan program menghakhiri HIV.

"Peran kepemimpinan komunitas dijadikan inti dalam semua rencana dan program HIV, karena nothing about us without us. Peran kepemimpinan komunitas harus mendapatkan pendanaan penuh dan dapat diandalkan," lanjut Tina.

Menurut data UNAIDS ada ketimpangan pendanaan pada program pencegahan HIV yang dipimpin komunitas di kawasan Asia Pasifik. Di Indonesia, hanya 7 persen dari total pengeluaran program HIV pada tahun 2020 untuk dialokasikan ke dalam program populasi kunci.

Agar bisa mendukung komunitas bergerak membantu orang dengan HIV mendapatkan haknya, Tina mengatakan bahwa implementasi aturan dan hukum itu penting.

"Yang tak kalah penting, implementasikan aturan dan hukum yang mendukung ruang bagi komunitas untuk beroperasi dan melindungi hak asasi manusia, termasuk semua populasi kunci dan ODHIV," tuturnya.

infografis Hari AIDS Sedunia
Hari AIDS Sedunia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya