Idul Fitri Disebut Bisa Jadi Momentum untuk Rekonsiliasi Politik

Sejumlah pihak khususnya dari kubu Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka mendengungkan rekonsiliasi politik pasca Pilpres 2024 dengan memanfaatkan momen hari raya Idul Fitri.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 11 Apr 2024, 21:35 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2024, 20:55 WIB
Aksi Bakar Ban Warnai Unjuk Rasa di Depan Gedung DPR
Massa juga mendesak agar DPR RI segera menggunakan Hak Angket untuk memeriksa kecurigaan terjadinya kecurangan atau pun pelanggaran pada Pemilu 2024. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah pihak khususnya dari kubu Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka mendengungkan rekonsiliasi politik pasca Pilpres 2024 dengan memanfaatkan momen hari raya Idul Fitri.

Pengamat politik Usep Saepul Ahyar mengatakan, rekonsiliasi bisa dengan mengakui kemenangan lawan, tapi dalam hal ini tak menutup kemungkinan terjadi menawar posisi di kabinet atau hal lainnya.

Dia menduga, parpol yang tak punya tradisi oposisi bisa segera melakukan rekonsiliasi politik dengan menawarkan posisi tawar yang baik.

"Apalagi yang tidak punya tradisi oposisi ya rekonsiliasi mungkin lebih baik kalau posisi tawarnya tinggi atau mahal harganya," kata Usep, Kamis (11/4/2024).

Namun, Usep mengingatkan, jangan hal ini membuat semua parpol ditarik masuk ke dalam pemerintahan. Harus tetap ada ruang untuk oposisi.

"Kalau menurut saya semua ditarik pemerintahan tidak usah lah, kalau ada satu partai yang berani lapar, oposisi saya kira akan mendapatkan kehormatan juga di mata masyarakat ini," jelas dia.

Sebelumnya, Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Rosan Roeslani menyambangi kediaman Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pada Rabu (10/4/2024). Kehadiran Rosan diketahui tidak hanya satu kali, bahkan sampai dua kali.

Menganalisis pertemuan tersebut, analis politik sekaligus Direktur Aljabar Strategic, Arifki Chaniago mengatakan pertemuan terkait tidak sebatas momentum lebaran. Namun lebih daripada itu, yakni ada pesan khusus terkait silaturahmi politik.

“Pertemuan Rosan Roslani dengan Megawati ini minimal ada kepentingan kedua belah pihak, artinya PDIP juga melihat peluang politik apakah berkoalisi pasca Pilpres dengan Prabowo-Gibran pasca putusan MK nantinya,” kata Arifki melalui pesan singkat diterima Liputan6.com, Kamis (11/4/2024).

 

 

Ada Semangat Rekonsiliasi

Menurut dia, pertemuan juga bisa diartikan dengan saling melihat peluang politik. Sebab diketahui, hubungan antara PDIP dan Prabowo merenggang pasca momentum batu tulis.

“Saya juga melihat peluang-peluang, deal-deal politik untuk melihat pertemuan politik yang selama ini sedikit renggang pasca batu tulis. Jadi kesempatan ini kita lihat kedepan tentu tawaran politik ini juga sudah lama diberikan TKN ke PDIP untuk mendapatkan ruang kursi menteri,” yakin Arifki.

Dia percaya, momentum lebaran menjadi ruang rekonsiliasi bagi keduanya, khususnya Prabowo dan Megawatk. Sebab mau tidak mau, PDIP adalah pemenang Pemilu dan akan dihitung sebagai penentu konstelasi 5 tahun kedepan.

“Jadi tentu TKN berkepentingan merangkul ruang-ruang yang akan dilihat PDIP di pemerintahan baru nanti dan saya rasa pertemuan di lebaran ini adalah momentum yang pas, karena idul fitri dan ini akan dimanfaatkan dengan baik ketika Prabowo dan Megawati bertemu,” Arifki menandasi.

 

Sikap PDIP

Diberitakan sebelumnya, Rosan tiba bersama istrinya di rumah Megawati pada pagi hari. Namun belum lima menit, Rosan langsung keluar lagi. Menurut Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, pada pagi hari Megawati belum tiba di Rumah Teuku Umar.

Karena itu, untuk kali kedua pada pukul 15.04 WIB. Kemudian, mereka keluar pukul 16.38 WIB menaiki mobil sedan Lexus warna hitam. Pertemuan itu menghabiskan waktu selama satu jam 30 menit.

“Kedatangan Rosan pada pagi hari ke kediaman Megawati untuk menyampaikan ucapan selamat Idul Fitri 1445 Hijriah,” singkat Hasto.

Hasto menegaskan, kedatangan Rosan ke kediaman Ketua PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri murni untuk silaturahim dalam rangka Idul Fitri 1445 Hijriah.

"Tidak ada. Jadi, ini murni silaturahim dalam rangka Idul Fitri, saling maaf-memaafkan, dan tidak ada yang terkait dengan politik kekuasaan," ujar Hasto.

Selain itu, Megawati juga menyampaikan pesan perjuangan yang berasal dari pengalamannya kepada Rosan. Hal itu sontak membuat Rosan kagum pada pengalaman hidup Megawati.

"Sehingga, Mas Rosan mengatakan 'aduh pengalaman ibu ternyata sangat luar biasa, penuh semangat juang'," jelas Hasto menirukan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya