Digusur, Pedagang Parcel Cikini Minta Dibuatkan Pasar Khusus

Buntoro mencontohkan, lokasi yang sudah jadi ciri khas dan disediakan pemerintah berada di Jalan Surabaya.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 04 Jul 2013, 12:31 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2013, 12:31 WIB
cikini-parcel130704b.jpg
PT KAI terus melakukan penertiban pedagang di berbagai stasiun di Jabodetabek. Rencana itu membuat pedagang di Stasiun Cikini resah. Karena pada 6 Juli mendatang, giliran mereka yang ditertibkan.

Penasihat Aliansi Penggiat Usaha dan Pengerajin Parcel Stasiun Cikini, Buntoro mengatakan, baik PT KAI atau pun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus memikirkan nasib para pedagang paska digusur nanti. Paling tidak dibuatkan pasar khusus pengrajin parcel.

"Kami di sini kan khas, pengrajin parcel. Semua orang tahu kalau cari parcel pasti datangnya ke sini. Paling tidak kita dibuatkan satu pasar khusus parcel misalnya," kata Buntoro saat ditemui di Stasiun Cikini, Kamis (4/7/2013).

Buntoro mencontohkan, lokasi yang sudah jadi ciri khas dan disediakan pemerintah berada di Jalan Surabaya. Di lokasi itu para pedagang barang antik berkumpul.

"Seperti di Jalan Surabaya tempat pedagang barang antik, itu di depan perumahan, tetap bisa. Paling tidak kami juga disediakan tempat seperti itu," lanjutnya.

Dirinya menyayangkan jika pasar yang sudah berdiri sejak puluhan tahun lalu harus digusur begitu saja tanpa adanya kejelasan relokasi atau lokasi berdagang baru. "Kami sudah berdagang sejak 1991 waktu masih jualan di pinggir jalan akhirnya diperbolehkan masuk ke dalam stasiun. Itu generasi kedua, generasi pertama sudah sejak tahun 1970an. Kalau digusur begitu saya, ciri khas Cikini dengan kerajinan keranjang dan parcelnya juga hilang," ungkapnya.

Buntoro mengatakan seharusnya mengedepankan jalan-jalan dialog untuk mendapat solusi terbaik. Bukan dengan jalan-jalan persuasif seperti ini.

"Kita ini rakyat, manusia, bukan binatang yang main gusur gitu aja. Gimana nanti nasib pegawai, atau pengrajin daerah yang menyuplai bahan ke kita. Mereka juga akan mati usahanya," ujarnya. (Ary/Ism)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya