Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring merasa pejabat negara dari mulai eksekutif, legislatif hingga yudikatif sekarang ini bekerja masing-masing, tanpa bersinergi. Padahal, menurutnya, sinergi itu sangat penting dalam rangka memajukan bangsa.
"Intinya bahwa kita penting mengadakan pertemuan yang sifatnya non-formal dari sekadar salaman. Kita sering mengamati banyak di antara kita terkotak-kotak, bekerja masing-masing antara legislatif, eksekutif, hingga yudikatif. Sehingga perlu ada acara non-formal supaya cair, bisa berdialog," ujar Tifatul saat buka bersama di Komplek Widya Candra, Jakarta, Senin (15/7/2013).
Ia mengingatkan, selain kerja sama dan silaturahmi, para stakeholder juga harus berhati-hati dalam bekerja.
"Lobi-lobi sekarang harus lebih berhati-hati, karena sekarang kamar pun disebutkan, di kamar sekali pun. Harus ada sinergi, kolaborasi, dari seluruh stakeholder," tegas menteri asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Ia menambahkan, potensi dan peluang bangsa Indonesia yang sekarang harus dipertahankan dan dikembangkan. Misalnya bidang komunikasi dan telekomunikasi yang ia pegang sekarang mengalami pertumbuhan 10 hingga 11 persen. Bahkan, ICT sekarang ini mencapai lebih Rp 400 triliun tahun ini. Ia pun menyayangkan bila para stakeholder tak bisa bersinergi untuk bangsa.
"Ini sayang kalau Indonesia nggak mengambil porsi yang besar. Ini yang kadang menurut saya nggak bisa kerja terkotak-kotak. Masing-masing sibuk kerja, tak tengok kiri kanan," sesal Pria kelahiran Bukittinggi, Sumatra Barat itu.
Mantan Presiden PKS ini berharap kerja sama dan silaturahmi dapat diperbanyak dan dilakukan di semua kalangan, khususnya di acara informal. Ia juga meminta maaf kepada semua pihak jika kebijakan yang selama ini dikeluarkan ada yang salah.
"Karena sistem ini belum bekerja secanggih seperti di Korea Selatan, Singapura. Jadi di bulan Ramadan, jika ada kebijakan yang salah, kami ucapkan mohon maaf," ucap Tifatul. (Adi)
"Intinya bahwa kita penting mengadakan pertemuan yang sifatnya non-formal dari sekadar salaman. Kita sering mengamati banyak di antara kita terkotak-kotak, bekerja masing-masing antara legislatif, eksekutif, hingga yudikatif. Sehingga perlu ada acara non-formal supaya cair, bisa berdialog," ujar Tifatul saat buka bersama di Komplek Widya Candra, Jakarta, Senin (15/7/2013).
Ia mengingatkan, selain kerja sama dan silaturahmi, para stakeholder juga harus berhati-hati dalam bekerja.
"Lobi-lobi sekarang harus lebih berhati-hati, karena sekarang kamar pun disebutkan, di kamar sekali pun. Harus ada sinergi, kolaborasi, dari seluruh stakeholder," tegas menteri asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Ia menambahkan, potensi dan peluang bangsa Indonesia yang sekarang harus dipertahankan dan dikembangkan. Misalnya bidang komunikasi dan telekomunikasi yang ia pegang sekarang mengalami pertumbuhan 10 hingga 11 persen. Bahkan, ICT sekarang ini mencapai lebih Rp 400 triliun tahun ini. Ia pun menyayangkan bila para stakeholder tak bisa bersinergi untuk bangsa.
"Ini sayang kalau Indonesia nggak mengambil porsi yang besar. Ini yang kadang menurut saya nggak bisa kerja terkotak-kotak. Masing-masing sibuk kerja, tak tengok kiri kanan," sesal Pria kelahiran Bukittinggi, Sumatra Barat itu.
Mantan Presiden PKS ini berharap kerja sama dan silaturahmi dapat diperbanyak dan dilakukan di semua kalangan, khususnya di acara informal. Ia juga meminta maaf kepada semua pihak jika kebijakan yang selama ini dikeluarkan ada yang salah.
"Karena sistem ini belum bekerja secanggih seperti di Korea Selatan, Singapura. Jadi di bulan Ramadan, jika ada kebijakan yang salah, kami ucapkan mohon maaf," ucap Tifatul. (Adi)