Warga Bantaran Waduk Ria Rio Ngaku Bandel

Meski Pemprov DKI sudah memberitahukan Surat Peringatan I, namun warga Waduk Ria Rio di Pulomas, Jakarta Timur tetap bermukim.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 28 Agu 2013, 11:52 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2013, 11:52 WIB
waduk-riario-bandel-130828b.jpg
Rencana Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo merelokasi warga Waduk Ria Rio, Pulomas, Jakarta Timur, menemui kendala. Sebab warga yang sudah diberikan Surat Peringatan (SP) I, saat ini masih belum siap meninggalkan rumah mereka.

Hingga saat ini pun, tidak sedikit warga yang mengaku belum mengetahui surat SP I dari Satuan Polisi Pamong Praja.

"Ya saya belum lihat sih. Saya mau pindah asal dilakukan bener aja, jangan sekarang kasih surat besok digusur, ya kelewatan," kata Diroh (31), warga yang sudah tinggal selama 20 tahun dan berdagang di bantaran Waduk Ria Rio, Jakarta, Rabu (28/8/2013).

Namun warga asli Guci, Tegal, Jawa Tengah, itu mengaku siap pindah, asalkan pihak Pemprov DKI tidak pilih kasih dalam melakukan eksekusi. Diroh bersama suami dan anak-anaknya tinggal di waduk ini dengan menyewa kamar di salah satu pemukiman yang akan terkena gusuran.

"Kalau digusur semua, ya saya mau pindah, asal jangan ada yang nggak. Rencana kan RT 01 sampai RT 07 RW 15 yang digusur. Denger mau digusur mah dari dulu-dulu. Saya ngontrak di RT 06 RW 15. Dulu Rp 150 ribu tiap bulan, sekarang Rp 350 ribu soalnya kan sekarang bangunan baru. Yang saya tahu, ini kan tanah Pulomas," papar Diroh.

Diroh yang berdagang persis di depan perumahan elite Pulomas itu juga menuturkan mendapatkan izin berjualan dari Ketua RW 13. Diroh juga tidak menampik anggapan sebagian warga yang tinggal di bantaran waduk memiliki watak keras kepala.

"Kemaren habis kebakaran dan ada info nggak boleh dibangun lagi. Ya bandel juga kali. Mungkin dulu boleh matok, disewain lagi ke orang. Tapi saya heran juga bisa dapat PBB. Padahal banyak juga yang sudah punya rumah di Bekasi, Depok," ungkap ibu yang suaminya berprofesi sebagai tukang ojek itu.

Selain rentan kebakaran, 'tradisi' banjir pun tak bisa mereka hindari. Namun hal itu tetap membuat Diroh urung pindah dari pemukiman tersebut.

"Di sini waktu banjir 2007 sampai 2 minggu nggak surut-surut. Ya murah kontrakannya. Saya dagang juga di sini. Saya aja mau bangun kamar di warung aja, biar nggak ngontrak lagi. Lumayan kan," tutur Diroh.

Ibu 2 anak itu juga mengungkapkan, daerah bantaran waduk, Pedongkelan terkenal rawan kejahatan. "Bukan rawan lagi, sarangnya," pungkas Diroh. (Rmn/Sss)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya