Liputan6.com, Jakarta Orang tua masa kini sering mencari momen maupun kesempatan yang tepat untuk mengajarkan sesuatu pada anaknya.
Misalnya, saat membaca buku dengan seorang anak, itu mungkin berarti adanya kesempatan untuk mendiskusikan plot cerita bersama dengan anak.
Baca Juga
Jika anak tidak diizinkan untuk bermain video game, itu berarti termasuk menjelaskan alasannya dan membiarkan anak memahami.
Advertisement
Ada alasan bagus untuk didikan ini, penelitian sendiri telah menunjukkan bahwa pola pengasuhan yang melibatkan orang tua memang secara aktif dapat membantu anak-anak dalam membangun keterampilan kognitif dan emosional.
Meskipun begitu, terlalu banyak arahan orang tua, bagaimanapun, terkadang bisa menjadi kontraproduktif, menurut sebuah studi baru yang dipimpin oleh Jelena Obradović, seorang profesor di Stanford Graduate School of Education, yang diterbitkan pada 11 Maret di Journal of Family Psychology.
Untuk penelitian mereka, Obradović dan rekan penulisnya, Michael Sulik, seorang ilmuwan penelitian di SPARK, dan Anne Shaffer, seorang profesor psikologi di University of Georgia, menyatukan berbagai kelompok yang terdiri dari 102 anak-anak berusia 4 hingga 6 tahun dan pengasuh utama mereka di lab Stanford.
Dalam studi tersebut, para peneliti mengamati perilaku orang tua ketika anak-anak berada pada usia taman kanak-kanak yang secara aktif terlibat dalam bermain, membersihkan mainan, mempelajari permainan baru dan mendiskusikan suatu masalah.
Untuk analisis mereka, Obradović dan kolaboratornya membuat ukuran dari apa yang mereka sebut "keterlibatan berlebihan orang tua".
Mereka mencatat saat-saat ketika seorang anak bekerja secara mandiri atau memimpin suatu kegiatan, dan mereka menghitung rasio antara waktu ketika orang tua melakukan intervensi dengan cara yang dimaksudkan untuk membantu (tidak kasar atau manipulatif) dan saat-saat ketika orang tua mengikuti arahan anak.
Anak-anak dari orang tua yang lebih sering turun tangan untuk memberikan instruksi, koreksi, saran, atau didorong untuk mengajukan pertanyaan, meskipun melakukan tugas dengan tepat, menunjukkan lebih banyak kesulitan dalam mengatur perilaku dan emosi mereka di lain waktu.
Anak-anak ini juga tampil lebih buruk pada tugas-tugas yang indikator pengukurannya berdasarkan kepuasan yang bersifat tidak langsung dan pada fungsi eksekutif lainnya, seperti keterampilan yang berasosiasi dengan kontrol impuls dan kemampuan untuk beralih di antara tuntutan yang bersaing untuk mendapatkan perhatian mereka.
Obradović dan rekan penulisnya menemukan bahwa fenomena tersebut juga terjadi di seluruh spektrum sosial ekonomi.
Berdampak pada kemampuan anak untuk mengontrol perhatian, perilaku, dan emosi
“Terlalu banyak keterlibatan langsung dapat berdampak pada kemampuan anak-anak untuk mengontrol perhatian, perilaku, dan emosi mereka sendiri. Ketika orang tua membiarkan anak-anak memimpin dalam interaksi mereka, anak-anak melatih keterampilan pengaturan diri dan membangun kemandirian," lanjutnya
Hal ini juga sebenarnya dipengaruhi oleh orang tua masa kini yang menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anak mereka daripada ibu dan ayah mereka sendiri, bahkan sebelum pandemi COVID-19 yang mengubah banyak orang tua menjadi sekaligus teman bermain utama dan mitra bagi anak-anak yang belajar dari rumah.
Kunci penyelesaian masalah ini menurut Obradović adalah pentingnya menemukan keseimbangan yang tepat saat berinteraksi dengan anak-anak sejak masih usia taman kanak-kanak. Nantinya ketika mulai masuk ke usia sekolah dasar, fase tersebut adalah saat yang sangat menantang ketika anak-anak diharapkan sudah mulai mampu mengelola perhatian, emosi, dan perilaku mereka tanpa bantuan langsung orang tua.
“Ini adalah perubahan yang sangat penting, ketika orang tua harus belajar untuk mundur,” tambah Obradović.
Obradović mengatakan tujuan dari penelitian ini bukanlah untuk mengkritik orang tua. “Saat kami berbicara tentang keterlibatan berlebihan orang tua, kami tidak mengatakan keterlibatan itu buruk atau jelas mengganggu. Tidak ada salahnya menyarankan ide atau memberi tip kepada anak-anak,” lanjutnya.
Namun, Obradović menuturkan bahwa penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa momen mengajarkan juga ada tempatnya. Membantu anak prasekolah menyelesaikan teka-teki, misalnya, telah terbukti mendukung perkembangan kognitif dan membangun kemandirian.
Bimbingan juga menjadi penting ketika anak kurang memperhatikan, melanggar aturan atau hanya setengah hati terlibat dalam suatu kegiatan. Namun terkadang, anak-anak hanya perlu dibiarkan sendiri atau diizinkan untuk bertanggung jawab.
Pesan ini mungkin sangat relevan selama pandemi, kata Obradović, ketika orang tua mungkin bertanya-tanya seberapa besar keterlibatan langsung yang dibutuhkan oleh anak-anak mereka.
“Lakukan percakapan yang jujur dengan diri Anda sendiri, terutama jika anak Anda baik-baik saja,” katanya. "Betapapun stresnya saat ini, cobalah untuk menemukan peluang untuk membiarkan mereka memimpin."
Reporter: Priscilla Dewi Kirana
Advertisement