Liputan6.com, Jakarta - Keputusan General Motors (GM) untuk menutup lima pabrik di Amerika Serikat (AS), dan memangkas tenaga kerja hingga 15 persen, dan menghentikan produksi enam model di Amerika Utara menimbulkan banyak kecaman, baik dari Negeri Paman Sam dan juga Kanada.
Perdana Menteri (PM) Kanada, Justin Trudeau, merupakan orang pertama yang mengungkapkan kekecewaannya. Melalui cuitannya di akun twitter pribadi, ia mengatakan pekerja GM telah menjadi bagian dari hati dan jiwa Oshawa selama beberapa generasi.
Selain itu, Trudeau juga bakal membantu orang-orang atau karyawan GM yang terkena dampak penutupan tersebut. Sementara itu, ia juga telah berbicara kepada CEO GM, Mary Barra terkait kekecewaan dirinya atas penutupan pabrik GM di Oshawa, Ontario.
Advertisement
Baca Juga
Sedangkan Presiden AS, Donald Trump, juga telah mengatakan kekecewaannya terkait keputusan jenama rakasasa tersebut. Bahkan, melalui akun twitternya juga, Trumph meluapkan kekecewaannya terhadap GM dan CEO Mary Barra, dan mengancam bakal memotong semua subsidi untuk GM.
Tidak hanya para politisi dari dua negara tersebut, para serikat pekerja juga marah kepada GM atas keputusan penutupan pabrik.
Saksikan Juga Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Setelah beragam bentuk kekecewaan ini muncul, akhirnya pihak GM juga bereaksi. Bahkan, GM berkomitmen untuk tetap mempertahankan kehadiran manufaktur yang kuat di AS, meskipun ada beberapa pabrik yang tutup.
Penutupan pabrik ini, dinilai oleh GM sebagai rencana jangka panjang, dan untuk mendukung masa depan perusahaan. Dengan begitu, nantinya perusahaan tetap mempertahankan dan menumbuhkan pekerjaan di AS.
Sementara itu, untuk pengurangan tenaga kerja, perusahaan memiliki opsi untuk mengirim pekerja ke pabrik lain, yaitu pabrik yang membuat truk, crossover, dan SUV yang lebih sukses.
GM juga berencana untuk menambah pekerjaan teknis dan rekayasa baru untuk mendukung kendaraan listrik dan otonom di masa depan.
Advertisement