Listrik Padam, Kemenperin: 6 Perguruan Tinggi Rekomendasikan Mobil Hybrid

Area Jabodetabek, serta sebagian Banten dan Jawa Barat mengalami kondisi listrik padam sejak Minggu (4/8/2019) siang. Hal tersebut menyebabkan aktivitas warga terganggu.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 05 Agu 2019, 17:33 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2019, 17:33 WIB
Mobil listrik
Ilustrasi mobil listrik sedang mengalami pengisian daya baterai di Amsterdam, Belanda. (Sumber Flickr/lhirlimann)

Liputan6.com, Jakarta - Area Jabodetabek, serta sebagian Banten dan Jawa Barat mengalami kondisi listrik padam sejak Minggu (4/8/2019) siang. Hal tersebut menyebabkan aktivitas warga terganggu.

Sementara itu, PLN menyampaikan permohonan maaf resmi atas insiden listrik padam akibat Gas Turbin 1 sampai dengan 6 Suralaya mengalami gangguan (trip), sementara Gas Turbin 7 saat ini dalam posisi mati (Off).

Kondisi ini menyebabkan banyak pihak mempertanyakan apakah kendaraan ramah lingkungan mobil listrik tetap menjadi pilihan saat kondisi seperti ini.

"Jadi kalau kendaraan mobil listrik, pengertian awam di Indonesia kan hanya baterai electric vehicle. Nah buat kita mobil listrik itu dari plug-in hybrid, hybrid, baterai electric vehicle sampai fuel cell. Makanya, rekomendasi dari 6 perguruan tinggi, rekomendasinya adalah hybrid," kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Harjanto.

Ketersediaan infrastruktur terkait mobil listrik diakui Harjanto menjadi salah satu pemikiran utama dibandingkan kendaraan itu sendiri. Sehingga konsep kendaraan listrik lebih kepada point to point.

"Kalau Pak Menteri bilang bus, taksi, sepeda motor bisa pakai battery swap. Kalau misalnya charging time itu bisa menjadi suatu kendala sehingga charging swap bisa diganti," ujar Harjanto.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Baterai Mobil Listrik

Namun, untuk penggantian baterai mobil listrik diakui Harjanto sulit dilakukan karena baterai yang disematkan memiliki bobot cukup berat. Karena itu, pihaknya mengakui memiliki program terkait kendaraan ramah lingkungan.

"Tidak hanya di full baterai tapi bisa di-combine dengan engine karena efisiensinya mencapai 40 persen dari penggunaan energinya sendiri. Bayangkan kalau satu liter 40 kilometer, itu sudah sangat efisien. Pengembangan etanol, kalau ini bisa mengurangi spending kita terhadap oil dan gasoline," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya