Liputan6.com, Jakarta - Toyota mengumumkan untuk menghentikan operasi dari semua mobil tanpa pengemudinya, e-Pallete. Keputusan tersebut, menyusul setah kejadian alat transportasi itu menabrak seorang pejalan kaki di kampung atlet Paralimpiade Tokyo.
Atas kejadian tersebut, korban yang menyandang gangguan penglihatan ini mengalami luka-luka.
Baca Juga
Dalam sebuah video, Kepala Eksekutif Toyota, Akio Toyota meminta maaf atas kejadian ini. "Kendaraan lebih kuat dari sesorang, jadi saya jelas khawatir tentang bagaimana mereka," jelasnya.
Advertisement
Pihak Toyota mengatakan, kecelakaan itu menunjukan adanya kesulitan bagi kendaraan otonomnya untuk beroperasi di dalam keadaan seperti di kampung atlet selama Paralimpiade Tokyo 2020. Pasalnya, di tempat tersebut, terdapat banyak tunanetra atau penyandang disabilitas lainnya.
"Ini menunjukkan bahwa kendaraan otonom belum realistis untuk jalanan normal," tambahnya.
Sebagai informasi, e-Pallete memiliki kapasitas penumpang hingga 20 orang plus empat area untuk penumpang berkursi roda. Kendaraan ini tidak memerlukan manusia untuk pengoperasiannya alias swakemudi.
Kendaraan ini dirancang dengan kabin rendah untuk memudahkan lansia dan pengguna kursi roda untuk dapat naik ke kabin dengan mudah.
Krisis Chip Semikonduktor, Toyota Bakal Potong Produksi Secara Global
Krisis chip semikonduktor yang terjadi di industri otomotif global dalam beberapa waktu belakangan, membuat banyak pabrikan mobil berhenti atau mengurangi produksi. Namun, salah satu jenama asal Jepang, Toyota masih mampu menghindari kondisi tersebut, dan mengamankan pembuatan kendaraannya.
Tapi, kabar terbaru menyebutkan, raksasa otomotif Negeri Matahari Terbit ini sudah mulai kekurangan chip semikonduktor, dan harus menyusutkan produksinya sebesar 40 persen mulai bulan depan seterusnya.
Dilansir Gaadiwaadi, pemotongan produksi ini akan dilakukan dalam skala global, dengan pabrik yang berlokasi di Kanada, Amerika Serikat (AS), Meksiko, dan banyak lagi.
Dalam berita lain, Toyota Amerika Utara menyatakan bahwa kekurangan chip semikonduktor akan merugikan merek tersebut, karena harus kehilangan sekitar 60.000 hingga 90.000 kendaraan.
Tapi, Toyota dinilai selektif dalam memangkas produksi. Karena truk dan SUV memiliki pangsa pasar yang lebih besar dan substansial, penghentian tersebut akan mempengaruhi produksi model dengan volume penjualan rendah.
Â
Advertisement