Ini Dia Saingan Berat Ahok di Pilkada DKI Jakarta

Kemunculan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini akan mengubah peta politik Pilkada DKI Jakarta.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 22 Jul 2016, 09:47 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2016, 09:47 WIB
20160719- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama-Ahok- Herman Zakharia
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama saat menerima kunjungan pemain dan kru film 3 Srikandi, Jakarta, Selasa (19/7). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok belum memiliki pesaing yang sepadan di Pilkada DKI Jakarta. Namun, berdasarkan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), kemunculan Tri Rismaharini bakal mengubah peta politik.

Sebab, satu-satunya pesaing berat Ahok dalam survei adalah Wali Kota Surabaya itu.

"Dengan alasan sudah ada bukti nyata hasil kerjanya, Ahok dan Risma (Tri Rismaharini) bersaing ketat. Ahok mendapat dukungan 57,4% dan Risma 45,4%," ujar Direktur Program SMRC Sirojudin Abbas saat acara Diskusi dan Rilis Survei Pemilih DKI dan Kinerja Petahana di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 21 Juli 2016.

Survei tersebut dilakukan semi terbuka dengan total responden 646 orang. Survei ini dilakukan mulai 24 sampai 29 Juni 2016.

Sirojudin mengatakan ketika nama Ahok disandingkan dengan Risma, Ahok tetap unggul jauh di atasnya. Begitu pula saat disandingkan dengan Yusril Ihza Mahendra.

"Saat survei 2 nama kepada Ahok dan Risma, Ahok mendapat suara sebesar 58,4% dan Risma hanya 26,6% serta 15% tidak tahu atau merahasiakan jawabannya. Dengan Yusril, Ahok mendapat 59,4% dan Yusril 26,3% serta 14,3% tidak tahu atau merahasiakan jawabannya," papar Sirojudin.

Menurut Sirojudin, Ahok dan Risma masing-masing memiliki kelebihan di mata warga DKI. Misalnya, warga mempercayakan kondisi perekonomian Jakarta kepada Ahok, sementara pendidikan kepada Risma.

"Penilaian positif atas kondisi ekonomi DKI Jakarta memperlemah Risma dan sebaliknya memperkuat Ahok, sementara pendidikan efek positifnya kepada Risma," terang Sirojudin.

"Kalau persaingan Ahok dan Yusril, disamping isu agama dan kinerja petahana, ternyata gender atau jenis kelamin sangat mempengaruhi. Pemilih laki-laki cenderung memilih Yusril dibanding pemilih perempuan, begitu juga sebaliknya," tandas Sirojudin.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya