3 Solusi Indonesia Kembali Sejahtera Versi Prabowo

Selain memunculkan istilah baru politik, Prabowo pun tak lupa menyampaikan tiga gagasan agar Indonesia kembali sejahtera.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 19 Nov 2018, 15:06 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2018, 15:06 WIB
Kunjungan Capres Prabowo Subianto di Garut
Kunjungan Capres Prabowo Subianto di Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Di depan ratusan pendukungnya di Garut, Jawa Barat. Capres Prabowo Subianto menyampaikan gagasan agar bangsa Indonesia kembali digdaya dan seluruh rakyatnya hidup sejahtera.

"Dibutuhkan tiga hal untuk negara kita kembali sejahtera," ujar dia di Garut.

Pertama, negara harus berani melakukan swasembada pangan. Menurutnya luasan jutaan hektar lahan yang dimiliki Indonesia, sangat mumpuni untuk memulai melakukan swasembada pangan dengan baik.

"Saya yakin kalau saya diberikan kepercayaan oleh rakyat Indonesia, bersama tim yang saya susun, bersama anak-anak yang paling pintar, kita tidak perlu impor apa-apa, mungkin inpor barang-barang strategi saja yang kita impor," ujar dia.

Saat ini ada sekitar 80 juta hektar lahan rusak, sehingga sangat mungkin merealisasikan adanya swasembada pangan dengan pola penanaman yang baik. "Kita perlu 6 juta hektar saja, kita bisa swasembada pangan dan energi dan itu mampu kita lakukan kalau ada pemerintah yang mau," kata Prabowo Subianto.

Kedua, pemerintah harus mmapu melakukan swasembada energi atau bahan bakar. Menurut data yang ia miliki hasil kajian BPPT dua hari lalu, menyatakan delapan tahun ke depan atau tepatnya tahun 2027, pemerintah diprediksi bakal melakukan impor seluruh bahan energi bagi masyarakat.

"Bayangkan kita akan impor semua bahan bakar 100 persen," ujarnya.

Dalam asumsinya, saat ini pemerintah telah melakukan impor bahan bakar hingga 1,3 juta barel per hari, atau sekitar US 10,3 jut dolar harus dikeluarkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. "Itu kalau dikalikan setahun hampir US 30 miliar dolar uang rakyat harus kita kirim ke luar negeri," ujar dia.

Ketiga, agar negara kembali sejahtera ujar bekas menantu Presiden Soeharto itu, pemerintah harus mampu melakukan swasembada air bersih. Prabowo menyatakan, berdasarkan informasi terbaru yang ia peroleh dari ahli air lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), dinyatakan pada tahun 2015 mendatang, dunia akan mengalami defisit air bersih.

"Nanti ada climate change, pemanasan bumi, hati-hati, apakah sudah disipakan bayangkan nanti di daerah-daerah banyak kekeringan," ujar Prabowo Subianto.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Dua Sikap

Selain itu, untuk merealisasikan tiga rencana tadi, dibutuhkan dua sikap kepemimpinan yang harus dimiliki Presiden mendatang. Yakni, pertama harus punya kapabilitas atau kemampuan memimpin, sehingga mampu menjalankan roda pemerintahan dengan baik.

"Kalau kita naik pesawat tentu tidak bisa sembarang orang jadi pilot dong, minimal (pengalamannya) harus sekian ribu jam (terbang), diperiksa apakah dia  tukang mabok, tukang narkoba, orang gila, setalah itu lulus, baru naik pesawat dengan tenang," ujar dia mencontohkan.

Kedua dibutuhkan jiwa dan sikap pemimpin yang berintegritas seperti kejujuran dan kepintaran, sehingga sikap itu mampu memberikan solusi bagi masyarakat. "Pinter tapi jangan minterin, pinter tapi bagaimana saya curi uang rakyat ini," kata dia.

Ia mencontohkan banyak uang negara bocor akibat praktek mark up atau penggelembungan anggaran dari satu proyek yang diberikan bagi masyarakat. "Proyek yang Rp 5 M (miliar) dibilang Rp 10 M, proyek yang Rp 100 M dibilang Rp 200 M, habis itu ditilep, itu sama saja nyolong di depan rakyat," ujar dia.

Untuk itu, Prabowo berjanji jika ia memenangi pilpres dan terpilih menjadi presiden Indonesia berikutnya, bakal menawarkan pemerintahan yang kapabel dan berkualitas dalam pengelolaan kekayaan dan keuangan negara.

"Kita ingin punya pemerintah yang mampu swasembda pangan, energi dan air bersih, pemerintah jujur, antikorupsi," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya